Jadi, waktu itu aku sedang mengendarai scoopy merahku,
aku baru saja selesai menikmati satu gelas jahe rempah yang nikmatnya sampai
meninabobokan asam lambungku. Hari rabu, dan hujan berhenti pukul tujuh, setiap
rabu aku terbiasa mengendarai scoopy pemberian ibuku. Orang sering menyebutnya “night
ride,” aku lebih suka menyebut jalan-jalan malam.
Yaaa, biasa, jalan-jalan malam seringkali memberiku
waktu untuk banyak berpikir dan merenung. Pernah suatu ketika aku dihadapkan
sebuah pilihan yang membuatku bingung, antara membeli mogu-mogu rasa leci atau
melon, orang bisa saja menyebutku gila, karena katanya rasa leci adalah varian
paling enak dari mogu-mogu, yaa tapi kan aku sudah sering membelinya. Aku
merasa empati dengan mogu-mogu rasa melon yang tiap kali aku ke indomaret
varian itu selalu menjadi varian yang stoknya paling banyak.
Nah, waktu aku berhenti di persimpangan untuk menunggu
lampu merah, aku berpikir bagaimana perasaan mogu-mogu melon jika orang-orang
lebih memilih varian lain? Dari pikiran itu aku makin mantap untuk membeli
mogu-mogu melon, terlebih warna hijau dari lampu lalu lintas seperti
memberikanku tanda bahwa aku harus membeli mogu-mogu melon daripada rasa leci,
karena tidak ada warna putih di lampu lalu lintas, jadi aku semakin kuat untuk
membeli dan menghabiskan mogu-mogu melonku nanti.
Saat aku hendak mampir ke indomaret sebelum akhirnya
pulang dari jalan-jalan malam yang lumayan panjang, aku melihat sepasang
kekasih berboncengan mengendarai Honda astrea hitam yang tampak bersih dan
kinclong, aku bahkan sempat naksir. Sepertinya itu adalah Honda astrea keluaran
tahun 1991, pikirku sekelebat.
Aku memperlambat kecepatan scoopy merahku untuk
melihat keseksian montor antik itu, bahkan aku tidak sama sekali peduli pada
sepasang kekasih yang tampak makin mesra di atas Honda astrea itu, sesuatu yang
membuatku muak. Aku sendiri juga tidak bisa menebak kisaran umur mereka, karena
keduanya memakai helm yang sama-sama antik tampaknya helm sepaket dari
pembelian Honda astrea itu. Mereka juga memakai jaket oversized yang bisa
memantulkan cahaya jika tersorot oleh lampu jalan.
Hampir lima menit aku mengikuti Honda astrea itu,
perempuan yang membonceng di belakang memeluk pria di depannya. Aku seketika
lupa kenikmatan rasa mogu-mogu, waktu itu yang ada di pikiranku hanyalah Honda astrea
1991 yang auranya mirip mantan pacarku dulu. Aura itu meneduhkan selalu
membuatku senyum, sama sekali tidak sempat membuatku bosan. Aku bahkan sudah
melewati dua Indomaret yang bukan 24 Jam.
Aku heran,
mengapa Indomaret harus buka 24 jam, orang macam apa yang membeli indomie atau
kondom saat jam dua pagi. Tapi sudahlah, tidak penting juga, aku lebih sering
ke superindo daripada indomaret, meski sama-sama indo superindo jelas lebih
lengkap dan luas, apalagi aku bisa memandangi setumpuk BH dan celana dalam
wanita yang digelar di tengah-tengah gerai antara lorong tempat menaruh sereal
dan susu, juga lorong tempat menaruh parfum dan alat-alat keperluan pria
seperti pisau cukur kumis.
Aku jadi kepikiran celana dalam di superindo karena
perempuan yang membonceng itu duduk makin maju, namun posisi bokongnya tetap
sama, itu membuat celana dalam warna kuningnya sedikit terlihat. Aku bisa
menebak itu bukanlah jenis celana dalam yang sering dipakai para perempuan muda
seumuranku. Dari situ aku sadar sepasang kekasih yang berada di atas Honda astrea
itu adalah dua orang yang sudah tua, atau sepasang suami dan istri.
Aku mulai familiar dengan jalanan yang dilewati Honda
Astrea 1991 itu, ini jalanan yang sama tempat aku biasa melewatinya untuk
menuju pulang ke rumah setiap kali jalan-jalan malam. Ah, ia berbelok ke arah
yang sama di mana rumahku berada. Lalu ia belok kiri, melewati pos penjaga
perumahan yang di dalamnya dua orang satpam sedang menikmati pertandingan
sepakbola antara Barcelona melawan Real Madrid. Barcelona lebih bagus, tentu.
Tidak perlu diperdebatkan.
Makin lama, aku makin disadarkan, bahwa sepasang kekasih
yang mengendarai Honda astrea 1991 itu sedang menuju ke rumahku yang terletak
di ujung jalan buntu perumahan tempat kutinggal. Aku makin penasaran karena Honda
astrea itu berhenti tepat di depan gerbang rumahku, dan perempuan yang
membonceng itu turun untuk membuka pagar tinggi hitam. Di situ aku baru
benar-benar sadar, sepasang kekasih yang sedari tadi aku ikuti adalah orang tuaku
sendiri. Ibu bapakku juga baru sadar bahwa aku mengikuti mereka. Aku juga baru sadar, Honda astrea 1991 itu adalah montor milik bapakku.
Aku tertawa, akhirnya aku berbalik, ibuku bertanya aku
mau pergi ke mana lagi, kujawab bahwa aku akan membeli mogu-mogu melon di
Indomaret. Ibuku menyuruhku menunggu, ia mau nitip, ibu memberikanku uang
sepuluh ribu yang diambilnya dari dalam tas, dan minta dibelikan mogu-mogu
leci.
Pliss yaaaa.. Keseringan mlototin cd dan bh jd paham bgt bentukan cd cewe😂😂😂😂😂😂 gthl
ReplyDelete