Wednesday, October 28, 2020
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
tentang titik dan koma.,
aku sempat menulis beberapa kata
sebelum kau teruskan pada bait kedua,
di bait pertama aku bilang
“tidak ada cinta tanpa tanda koma,”
lalu dengan gigih dan berani kau melanjutkan
cinta itu titik koma, panjang dan tak selesai
pada bait ketiga kita sama-sama terdiam
tak ada yang berani mengangkat pena,
saat itu kau mencium lenganku
“Tak ada bait ketiga, aku tidak pernah suka angka itu,” katamu menatapku.
sedang di bait keempat aku mulai mengumpat, aku tak pernah terlibat pada nasib-nasib malangmu. sebab tidak ada lagi cinta setelah titik koma, hanya ada prasangka buruk yang tertanam pada bait kelima.
Di titik itu, saat kita saling menatap, aku tahu hanya ada air mata dari ketakutan yang mendarah tertulis pada sebuah kertas. Aku tak butuh bait kelima, bersamamu aku hanya butuh koma
——— @zahidpaningrome
Semarang, 28 Okt 2020
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Monday, October 26, 2020
...
kalau kamu orangnya; yang mau memahami seluruh rasa sakitku, berikan aku kekuatan itu; aku yang paling membutuhkanmu saat ini. siapapun itu. siapapun kamu
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
.,
aku yakin, dengan menghapus kamu, aku akan lebih baik-baik saja. semoga dengan itu kamu akhirnya paham; aku sudah menahan amarah dan rasa sakit untuk waktu yang lama.
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
:
aku masih manusia, punya
banyak cara untuk bertahan hidup, dan membiarkanmu masih ada di hidupku rasanya
seperti membunuh pelan-pelan diri sendiri.
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
;
ternyata tidak
membalas pesanmu, mengabaikanmu, menghapusmu, membiarkanmu, menganggapmu tak ada,
tak memaafkanmu, tak memberimu kesempatan kedua adalah pilihan yang tepat. semoga
dari situ kamu bisa belajar.
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Saturday, October 24, 2020
dilarang curhat di hari minggu.
Jangan
pernah merasa setiap relationship yang kamu jalani harus berakhir bahagia
seperti apa yang kamu mau. Karena ketika kenyataan datang gak sesuai yang kamu
mau, penilaianmu terhadap segala jenis romantic relationship akan kabur. Lebih
bahayanya kamu akan menilai bahwa semua orang sama saja. Jadi Selama kamu
enggan mengenal kata gagal kamu gak akan pernah siap menjalani relationship
sama siapapun.
Kamu
enggak sempurna, jangan merasa pasanganmu beruntung punya kamu. Jangan merasa
apa yang kamu jalani harus sempurna. Dalam setiap relationship butuh dua orang
yang sama-sama berjuang, sama-sama kuat. Tapi kamu juga perlu inget gak setiap
perjuangan berakhir baik. Gak semua perjuangan berakhir seperti yang kita mau.
Selalu ada korban. Selalu ada yang kalah.
Belajarlah
untuk gak kalah terus-menerus. Pahami apa yang keliru dari relationshipmu
sebelumnya atau relationship teman-temanmu. Jangan kamu ulangi. Kamu berhak
menang, tapi dengan cara-cara baik, cara-cara yang bikin kamu, pasanganmu,
orang-orang di sekitarmu gak menilai kamu buruk hanya karena kamu mendapatkan
apa yang kamu mau dengan cara buruk.
Kamu
berhak menang di saat kamu memang sudah siap dan pantas untuk dapetin semuanya,
dapetin yang kamu mau, yang kamu perjuangin. Jangan lantas baru berjuang sekali
kamu jadi egois untuk harus dapetin yang kamu mau. Sekali lagi, gak ada yang
sempurna, bisa jadi di tengah jalan pasanganmu gak bisa toleran sama salah satu
sifat kamu yang mengganggu dia. Yang sampai harus mengorbankan nilai-nilai
idealnya. Kita gak boleh menoleransi sesuatu yang tidak toleran. Apalagi yang
sampai mengusik idealismemu.
Kompromi
perlu, sebelum kamu menginjak arah yang lebih jauh. Jangan berusaha mengenali
dalam-dalam pasanganmu kalo kamu gak mengenal dirimu sendiri. Kamu harus kuat
dulu, harus mengerti apa yang tidak kamu suka dan yang kamu suka. Supaya kamu
paham arah, paham jalan, gak sampai bingung harus apa ketika terjadi sesuatu
yang tidak kamu inginkan. Kamu punya kendali atas dirimu, jangan berusaha
mengendalikan orang lain. Selain gak baik, ya itu bukan cinta.
Cinta
seharusnya membebaskanmu dari belenggu dan sekat-sekat yang mengganggu
pikiranmu, karena kamu punya tempat dan punya cara untuk bercerita ketika kamu
ada di situasi buruk yang bisa merusak kamu dari dalam. Cinta bisa apa saja,
bukan hanya perasaan kita pada seseorang. Bisa pada aktifitas, bisa pada
keindahan, bahkan kamu bisa mencintai sifat seseorang tanpa terobsesi untuk
memiliki.
Aku
tidak sedang ingin menggurui, tapi mungkin kita sama-sama setuju bahwa setiap
manusia sedang menghadapi masalah mereka masing-masing. Jangan pernah merasa
spesial dan eksklusif, menganggap hanya kamu manusia yang punya masalah di
dunia ini. Yang lain juga sedang berjuang dan berusaha selesai pada apa yang
menyakiti mereka. Gapapa diem bentar, gapapa menghilang bentar, gapapa ambil
napas dalam-dalam. Gapapa untuk gak baik-baik aja hari ini. Intinya jangan
egois, karena dengan menyadari bahwa semua orang sama-sama sedang berjuang
menghadapi hal-hal buruk kamu tidak akan merasa sendirian dan terkucilkan.
Jangan
sampai kemalasan dan ketidak-mampuanmu untuk menghadapi kesakitan yang
menjangkiti tubuh, pikiran, dan jiwamu sampai harus mengorbankan orang lain,
sampai harus menyakiti orang lain. Jangan bodoh. Kamu dikasih otak untuk
berpikir dan menyadari hal-hal yang sebelumnya tidak kamu pedulikan.
Kalau
kamu memang tidak punya seseorang yang bisa menjadi tempatmu mencurahkan segala
sesuatu yang mengganggu pikiran dan berharap tidak diberikan judgement yang
justru akan membuatmu makin terpuruk, aku ada untukmu dengan tangan terbuka
mendengar curhatanmu, siap menemani keluh kesahmu.
Tapi aku hanya meminta dua hal; pertama untuk tidak melupakanku saat kamu kembali pulih dan baik-baik saja. Kita pasti setuju dilupakan dan ditinggalkan adalah hal yang menyakitkan apalagi kamu jadi aktor baik yang menyembuhkan. Yang kedua, dilarang curhat di hari minggu. Karena kadang masalah bisa kita tahan jika kita pergi tidur. Istirahat dulu, supaya besok kita bisa mulai lagi pertempuran ini dengan kondisi yang lebih sehat dan tentu lebih kuat.
Dari aku: isi kepalamu.
Semarang, 23 Oktober 2020
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Thursday, October 22, 2020
Seorang Pria yang Melupakan Nama-Nama Eps. 2
Pria itu baru saja pergi ke pernikahan seorang teman. Yang perlu kamu tahu, ia adalah
tipe manusia yang tidak biasa pergi ke pernikahan dan pemakaman. Aku tidak
benar-benar paham apa alasannya. Tapi barangkali aku bisa menerka-nerka;
mungkin ia tidak ingin terlihat menangis. Menangis sedih di pemakaman, dan
menangis bahagia di pernikahan. Tapi yang satu ini adalah pernikahan teman
baiknya. Ia tidak mungkin melewatkannya begitu saja. Apalagi manusia yang ia
anggap teman hanya beberapa. Ia tidak percaya pada konsep sahabat, ia tidak
suka pada keterikatan, karena sesuatu yang terikat baginya adalah awal dari
bencana. Bukannya hidup untuk saling memiliki jatuhnya justru saling
mengontrol.
Ada yang
aneh dari konsep ini, gak heran; memang selalu ada yang aneh di dunia ini. Pasti
kita pernah melihat teman kita berkeluh bahwa semakin dewasa lingkar pertemanan
kita makin sempit. Pertanyaannya kan satu, apakah orang ini dari dulu memang
punya lingkar pertemanan yang luas, atau memang gak punya temen aja, sehingga
kalimat-kalimat yang sering dijadikan keluh-kesah orang-orang putus asa ia
jadikan pembenaran. Ya namanya juga manusia, suka membela diri sebagai bentuk
naluri bertahan hidup. Tapi ya gak harus gitu terus, berlebihan jatuhnya aneh
dan jijik.
Oke sebelum
emosinya jauh gak terkontrol, aku akan menceritakan apa yang terjadi di
pernikahan itu dan kenapa cerita ini menarik untuk dibicarakan lagi. Pria itu
bertemu seorang perempuan, saat ia menceritakan padaku, pria itu tidak bisa
menyebut perempuan ini sebagai seorang teman. Dia hanya kenal, jadi anggap saja
pria itu bertemu seorang kenalan. Dulu pria itu bertemu perempuan b, katakanlah
begitu, di sebuah projek. Pria itu membantu perempuan b dalam sebuah acara.
Sayangnya pria itu tidak bercerita mendetail apa yang ia lakukan untuk
perempuan b. Katanya gak penting juga, gak perlu diinget. Baginya
ingatan-ingatan yang menetap hanya untuk sesuatu hal yang baik dan
membahagiakan.
Perempuan b
memuji pria itu karena penampilannya yang casual membuatnya terlihat charming
dan stunning. Pria itu ikut memuji perempuan b, meskipun outfit yang perempuan
itu pakai sama sekali tidak cocok membalut tubuh perempuan b. Tapi kita
sama-sama tahu, basa-basi itu perlu, bahkan pada sesuatu yang tidak perlu. Anyway.
Lanjut. Pria itu dan perempuan b terlibat dalam obrolan yang agak panjang, pria
itu mengaku terpaksa meladeni, karena sepanjang obrolan itu perempuan b
menguasai obrolan tanpa henti, ia menceritakan semua hal, mulai dari apa yang
dikerjakan di kampus sampai beberapa pria yang mendekatinya. Lucunya pria itu
tidak peduli. Ya kita tahu, kita ada di kultur yang lebih memilih diam daripada
mengatakan sesuatu yang buruk. Bagiku pria itu baik, masih mau mendengarkan.
Singkat
cerita saat pria itu punya celah, ia menceritakan ketertarikannya pada night
riding. Berkendara di malam hari, dan menikmati kuliner pinggiran. Bagi pria
itu, cara-cara ini adalah cara terbaik untuk mengenal suatu kota. Apakah kota
itu aman, nyaman, dan ramah. Yang terjadi di antara keduanya hampir sama dengan
apa yang terjadi di antara pria itu dan perempuan a yang sebelumnya sempat kita
baca ceritanya. Pria itu mengajak perempuan b untuk membuktikan perkataannya
tentang night riding. Perempuan b langsung mengiyakan tanpa terbata, tanpa
banyak alasan. Keduanya mengatur jadwal dan sama-sama setuju.
Yang
terjadi sama, kesamaannya dengan perempuan a adalah keduanya sama-sama tidak
punya basic manner, yaitu menepati janji dan menghargai waktu orang. Saran,
kalo kamu lagi deket sama orang yang tipikalnya persis, tinggalin. Gak akan
worth it, dia gak seserius itu menghargai kamu sebagai manusia. Waktu itu harta
paling berharga yang bisa kita kasih ke orang lain, karena menyediakan waktu
buat orang lain itu butuh niat baik yang gak semua orang mampu. Yang mampu pun
belum tentu mau. Itu mengapa disebut waktu adalah uang, karena tidak melakukan
apa-apa pada waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk menghasilkan uang
adalah pemborosan dan kebodohan.
Janji temu
itu terjadi pada hari selasa pukul sembilan malam, waktu itu hujan turun pukul
tujuh, dan perempuan b mengkhawatirkan bahwa hujan akan deras dan reda untuk waktu
yang lama. Ia juga belum makan, hujan harus menundanya untuk mengisi perut
dengan penyetan yang ingin ia coba dengan temannya. Pria itu meyakinkan
perempuan b bahwa hujan akan cepat reda. Dan pria itu benar, ia memang selalu
benar. Bahkan aku pun tidak paham kenapa pria itu selalu mengatakan hal-hal
benar padahal belum terjadi. Hampir pukul sembilan, teman dari perempuan b juga
tidak membalas pesan ajakannya untuk makan bareng. Pria itu menawari untuk
menemani perempuan b makan. Tapi perempuan b menyuruh pria itu menunggu lima
menit, dan masih berharap temannya membalas pesannya.
Kamu pasti
udah mikir kalo pertemuan itu gak terjadi? Kamu gak salah. Seratus persen
bener. Pria itu menunggu lebih dari lima menit—setengah jam. Perempuan b takut
tidak bisa lagi bertemu dengan teman yang membuatnya menunggu. Dalam hati si
pria, perempuan b kenapa bisa loyal sama orang yang gak menghargai waktunya. Bikin
orang nunggu itu perlakuan paling sialan dari basic manner yang harusnya setiap
orang punya. Singkat cerita pria itu mengganti pakaiannya lagi, ia hanya
tinggal berangkat untuk menjemput perempuan b sebelum akhirnya pertemuan itu
gagal. Perempuan b lebih memilih bertemu dengan teman perempuan yang membuatnya
menunggu, dan parahnya membuatnya harus mengecewakan orang lain.
Pria itu
sempat berpikir harusnya ia tidak terlalu kaget, karena ia sering menerima
perlakuan semacam itu dari perempuan-perempuan yang tidak paham prioritas,
saran dari aku yang mendengar cerita pria itu. Kalo kamu sudah ada janji sama
orang lain, jangan pedulikan janji yang datang setelah itu, jangan buat janji
dengan orang lain lagi. Sekalipun itu teman baikmu, kekasihmu bahkan
keluargamu, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya emergency.
Why? Karena
kalo kamu melakukan itu kamu berhasil memanusiakan manusia, karena waktu adalah
satu-satunya hal terpenting yang pasti menempel pada manusia. Sejak ia lahir
hingga mati. Jadi mengapa kita harus memainkan waktu orang lain tanpa merasa
bersalah dan perlu minta maaf. Padahal itu sangat menyakitkan. Apalagi pria itu
bukan sekali dua kali merasakan momen kampret itu. Bahkan aku sulit mencari
kata-kata untuk menerjemahkan situasi apa yang pas untuk menggambarkan kejadian
itu.
Lalu apa
yang terjadi setelah itu? Pertanyaan yang sangat menarik. Perempuan b
menjanjikan untuk bertemu keesokan harinya. Bahkan sudah memilih tempat-tempat
mana saja yang perlu dikunjungi. Tapi pria itu mengatakan untuk tidak perlu
memberikan janji, karena logikanya perempuan b baru saja tidak menepati
janjinya. Pria itu mengatakannya dalam situasi setengah kesal dan emosi. Bukan
murni dari perempuan itu, tapi karena ia sering menerima perlakuan itu. Ia
selalu bertanya-tanya kenapa dirinya selalu menerima perlakuan brengsek macam
itu. Di akhir percakapan, si pria mengiyakan, dan bilang untuk
melihat situasi besok. Karena pria itu tidak benar-benar yakin bahwa perempuan
b akan memegang janjinya. Yaa semacam traumatik yang menghantui, dan tidak juga
keluar dari tempurung kepalanya.
Tidak jauh
beda dari hari sebelumnya, malah justru lebih parah. Tepat pukul lima sore,
pria itu mengirimkan pesan setelah ia selesai olahraga yang biasa ia lakukan
setiap kali pulang kerja. Pria itu menanyai kabar dan di mana perempuan b. Tapi
si perempuan b tidak kunjung membalas pesan itu sampai satu jam kemudian,
tepat setelah pria itu selesai mandi—membersihkan tubuhnya. Kurang lebih aku
bisa menggambarkan bagaimana isi percakapan itu.
“Di mana?”
17.02
“Kak :
(((((((( “ 18.05
“I told
you.” 18.05
Bahkan pria
itu membalas dalam menit yang sama. Detik itu juga ia kehilangan respek.
Perempuan b benar-benar merusak mood, dan menghancurkan pikiran pria itu
tentang perempuan b. Bahkan perempuan b tidak lagi membalas pesan itu sampai
hampir tengah malam, itu pun ia baru membalas saat pria itu kembali mengirimkan
pesan. Sebuah pesan ujian untuk membuat perempuan b setidaknya tahu bahwa
dirinya salah.
“Aku masih
nunggu.” 22.17
“KAKAK
MARAH BANGETTT GAKKKKK,” perempuan itu mengirimkan foto potretnya yang sedang
berada di sebuah coffeeshop, ia mengerjakan sebuah deadline yang bahkan pria
itu tidak peduli. Melihat itu, ia tidak membalas pesan perempuan b. Pria itu
pergi tidur dengan sekali lagi memori buruk yang ia bawa dalam tidurnya. Ia
tidak pernah merasa nyaman pergi tidur dengan memori sialan yang terus ia
rasakan.
Pria itu
tidak membalas pesan perempuan b hingga satu minggu. Di sela-sela waktu
seminggu itu bahkan perempuan b masih membalas story dari pria itu, tanpa
merasa bersalah tanpa mengirimkan kata maaf. Pria itu tidak peduli. Masih tidak
membalas pesannya. Sampai suatu malam, perempuan b kembali megirimkan pesan.
Pria itu memperlihatkan isi pesannya
“KAKAK
MARAH GA SAMA AKU *emot sedih tiga biji* (alay emang) 18.38
Pria itu
membacanya tapi tidak langsung ia balas.
“parah bgt
gadibales.” 19.16
Dalam hati si
pria; "anjir lo aja gak dibales bisa bilang parah. Aku nahan-nahan marah biar
gak dikira jahat. Ni orang ada hatinya apa engga sebenernya." Tapi pada akhirnya
pria itu membalas, kalo ia tidak marah, secara to the point ia merasa kesal,
dan menjabarkan sepuluh hal yang membuatnya kesal. Perempuan b minta maaf. Pria
itu memaafkan, karena kata maaf adalah akhir dari pertengkaran, gak ada gunanya
kalo kita sampe gak memaafkan. Tapi pria itu dengan jujur mengatakan kalo untuk
saat ini ia kehilangan respek. Perempuan b memahami itu.
Dan sisa
malam dihabiskan dengan percakapan-percakapan biasa, Pria itu secara gamblang memberitahu
perempuan b bahwa ia akan begitu merindukannya. Karena ternyata perempuan b
sedang pulang ke tempat asalnya sampai kemungkinan akhir tahun. Kalau kamu
melihat percakapan di antara keduanya, kamu akan setuju denganku. Bahwa ada
percikan dari pria itu untuk perempuan b. Pria itu semacam menaruh perasaan.
Meski aku yakin perempuan b tidak peduli.
Ya kadang
hidup memang lucu. Meski perlakuan buruk berulang kali dilakukan, pria itu
tidak serta mengubur perasaannya. Percikan itu masih merah dan masih ada. Entah
sampai kapan. Pelajaran yang kudapat dari cerita pria itu adalah. Bahwa pria
itu menjadi pemenang, selalu menjadi pemenang karena ia yang terbaik. Memaafkan,
dan tidak mengubur perasaannya. Ia yakin perempuan b bisa memabalas tuntas
perlakuan buruk yang ia lakukan pada dirinya. Aku juga berdoa. Aku harap kamu
ikut mengamini.
Semarang, 22 Oktober 2020
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Sunday, October 18, 2020
Irma.
Nah ini
serius. Harusnya sih jadi serius, tapi kan kamu tahu aku jamet, cuma bedanya
bisa nutupin aja. Hahaha. Aku beneran gak tahu kali ini kamu bakal baca atau
enggak. Pertama whatsappku udah kamu block. Entah. Kenapa. Kamu juga gak peduli
sama apa yang aku posting, bahkan sejak kita deket. Jadi untuk membalas block
itu, aku unfollow instagrammu. Artinya mungkin kamu udah gak mau kenal dan
berhubungan lagi kan. Yaudah sekalian aja, Irma. Tapi tetep akan aku tulis.
Berulang kali aku gak peduli apakah kamu baca atau enggak, tapi sejatinya aku
berharap kamu baca dan ngerti. Semoga kamu baca. Kalo salah satu temenmu baca.
Iya ini Irma temenmu, yang aku maksud. Tolong beritahu Irma. Ada hal yang
berlum selesai.
Aku
ngefollow kamu tahun lalu waktu Sal Priadi, Kunto Aji, Didi Kempot manggung di
Semarang. Udah aku bilang juga kalo diem-diem aku merhatiin. Aku suka liat
postingan tiktokmu, iya suka. Kalo mau tahu alesannya, aku gak tahu, aku suka,
setiap kali nonton senyum. Positifnya, kamu ngebawa vibe positif ke
orang-orang. Sesuatu yang gak semua orang mampu. Yang mampu pun kadang gak mau.
Lalu baru bulan Mei tahun ini, aku berani bales storymu, DM. Di salah satu
postingan tiktokmu yang kamu post di instastory. Aku udah berulang kali nulis
story ini di postingan blogku yang lain.
Iya aku
butuh momentum untuk bikin kamu setidaknya notice. Ada banyak hal yang harus
dijelaskan. Kayak kenapa kamu tiba-tiba pergi gitu aja, gak ngasih penjelasan
apapun, dan menganggap aku kayak orang jahat. Aku tahu pilihanmu itu
dipengaruhi teman dekatmu. Dengerin. Yang merasa insecure, anxious bukan cuma
kamu, setiap orang menghadapi strugglenya masing-masing. Kamu gak bisa tutup
mata, dan hanya mendengarkan satu omongan dan sampe memengaruhi cara berpikir dan pola pilihamu. Kamu gak bisa buang orang gitu aja, yang sebelumnya udah
bikin kamu happy setengah mati. Come on, pertengkaran pasti ada, beda pikiran
dan pendapat apalagi. Pertanyaannya kan apa yang harus kita lakukan untuk itu.
Apakah mau
diomongin baik-baik, saling respect dan memahami, atau persis seperti yang kamu
lakuin. Kamu bilang gak pernah jadi aktor yang ninggalin duluan waktu ada di
sebuah hubungan. Kamu bilang karena selalu kamu yang ditinggalin. No. Kamu
kemakan omongan kamu sendiri, aku jadi orang pertama yang kamu tinggalin,
mungkin. Kenapa? Aku gak tahu. Setidaknya aku gak mau menerka-nerka. Udah
kubilang, ketakutan kita sama, kita sama-sama struggling. Jangan biarin orang
lain membuat keputusan apa yang harus terjadi di antara kita selanjutnya. Kita
punya pikiran dan hati sendiri untuk membicarakan dan memutuskan apa yang
terbaik.
Kita happy.
Itu dulu. Kenapa pada akhirnya pikiran kita gak sejalan seperti sebelumnya, ya karena kita ketakutan, sampe mana hubungan ini, bakal gimana. Kita, semua orang
terlalu takut sama apa yang enggak kita ketahui di masa depan. Tapi lupa
menyuskuri apa yang terjadi sekarang. Kita lupa menjalani dan menikmati apa
yang sedang tuhan kasih di depan mata. Kalo kamu bilang aku jahat karena
tiba-tiba jadi beda. Oke aku jelasin. Aku gak mau hubunganku cuma sebatas
formalitas. Aku gak mau aku cuma suka sama idea of being loved. Aku mau aku
suka ya karena aku jatuh cinta sama kamu, sama perempuan yang aku ajak ngobrol
hampir tiap malam waktu itu. Aku gak mau aku jadiin kamu sekadar objek. Aku mau
menjauhkan pikiran itu. Dan aku pikir kamu bakal mendukung itu.
Aku jelas
mikir, kalo kamu memang tertarik sama aku kenapa kamu gak peduli sama apa yang
aku bikin, buku, podcast, puisi-puisi, film. I don’t know, kalo kamu tertarik
sama seseorang ya tunjukkin kalo kamu memang tertarik bukan justru sebaliknya,
bikin orang itu bertanya-tanya ini orang beneran tertarik atau enggak. Oke
perempuan gak suka nunggu, gak bisa ngomong duluan. Tapi paling tidak bikin aku—atau
lelaki lain merasa yakin kalo apa yang terjadi di antara kita ya perasaan
cinta.
Kita
mungkin sama-sama akan setuju kalo kita sama-sama rentan waktu itu, ceritamu
aku paham, ceritaku juga kamu paham. Tapi kalo ternyata kita gak berjalan baik
sebagai sepasang kekasih, paling enggak jangan menganggap aku gak ada. Susah
menghadapinya, dan kamu tahu itu. Kita masih bisa saling kenal kalo kamu gak
mau berteman. Kamu gak boleh buang setiap orang kayak sampah yang menurut kamu
gak bisa dan gak akan jadi pacar kamu. Itu kenapa banyak orang merasa gak punya
temen. Ya karena mereka merasa sempurna bisa dapetin yang mereka mau, dan
ketika ternyata gak bisa dapetin justru ngebuang itu jauh-jauh. Aku
bertanya-tanya, kenapa orang-orang gak bisa mengambil keputusan untuk menjalin
hubungan biasa aja, berteman kalo menjadi seorang kekasih ternyata gak works,
gak worth it.
Bayangin. Bahkan
sampe dua bulan aja enggak. Tapi kamu bisa memutuskan orang ini akan berakhir
di mana. Aku ngerasa jadi sampah. Aku kalah kan sekali lagi, udah sempat aku
bilang, kalo aku selalu kalah. Karena orang-orang gak pernah mau sabar dan
menikmati apa yang ada. Aku gak bisa bilang cinta ke orang gitu aja, jelas
butuh waktu. Itu kenapa aku sering menolak atau gak membalas kata-kata beberapa
perempuan yang ngaku jatuh cinta padahal baru berapa kali ketemu, baru sebulan
atau dua bulan kenal. Gak gitu caranya. As a human being kita perlu berkompromi
apalagi sampai jadi sepasang kekasih. Dan apakah kompromi itu tidak mengganggu idealisme kita, atau sampai mengusik. Gak ada pasangan yang sempurna. Cocok 100%. Kompromi
itu perlu.
Jangan
buru-buru memutuskan gimana akhirnya, apalagi kalo memutuskannya dengan
terbata-bata karena saran dan opini dari orang lain. Kamu yang menjalani, kamu
yang tahu apakah ini worth it atau enggak. Aku gak bisa lupa, kalo aku bilang
udah lupain kamu that is bulshit. Oke kita beda umur. Aku gak bisa memutuskan
segala sesuatunya tanpa berpikir dua tiga kali. Aku udah gak bisa bebas memilih
tanpa berpikir apa risikonya. Aku perlu matang-matang berpikir. Aku gak bilang
kamu masih kayak anak kecil. No. dari caramu bercerita aja aku paham kamu bukan
anak-anak. Tapi orang dewasa pun punya sisi kekanak-kanakan, itu manusiawi.
Bayangin
kalo aku berpikir pendek untuk pacaran waktu itu dan buru-buru. Let’s say kita
bertahan 3 atau 4 tahun, tapi lalu kita putus karena kamu mulai beranjak dewasa
dan banyak mimpi yang belum kamu raih dan pengen kamu capai. Sadar gak aku umur
berapa waktu itu. Dan putus menghadapi patah hati lagi di usia segitu,
nyembuhin lagi, belum moveon-nya. Itu kenapa banyak orang-orang mendekati usia
25 ke 30 lebih memilih berjaga-jaga tidak lagi aktif mencari. Kita pengennya
sekali ketemu dan itu jadi selamanya. Udah gak ada waktu untuk haha hihi. Serius
cuma jadi pilihan paling logis. Tapi apakah kamu berpikir sampai sana?
Kamu gak salah.
Bebas itu mekanisme bertahan hidupmu. Tapi yakin? Untuk apa yang telah terjadi
di antara kita, kamu mengakhirinya seenaknya, serampangan, tanpa berkomunikasi
dulu, tanya apa yang aku takutkan, apa yang aku pikirkan. Aku gak mau bawa-bawa
umur, karena kau tahu kamu paling gak suka itu. Tapi kamu udah dewasa, jangan
pernah berhenti belajar. Bagaimana cara memperlakukan manusia lain tanpa
menjadikan orang itu berpikir bahwa dia hina dan jadi orang paling jahat di
muka bumi?
Aku
menikmati apa yang terjadi di antara kita, itu dulu kuncinya. Apakah kita happy
waktu itu. Aku mensyukuri sesuatu yang pernah dan sempat terjadi di antara
kita, segala mimpi dan keinginan-keinginan yang akhirnya gak terwujud. Tapi yamau
gimana lagi, itu pilihan hidupmu, caramu menentukan apa yang harus kamu lakuin.
Aku gak bisa apa-apa, aku cuma bisa nulis, jadiin cerita. Gak mungkin bisa lupa
langsung. Aku bukan tipe orang yang kayak gitu. Aku selalu butuh waktu, meski
mungkin kamu enggak.
Intinya,
aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu. Maaf aku gak chat kamu waktu berita
duka menimpamu. Percaya, aku mau nyamperin dan ngucapin bela sungkawa buat
kamu, tapi waktu terakhir kalinya kita ketemu aku melihat tatapan yang gak
enak, tatapan menakutkan satu-satunya yang pernah aku terima. Aku takut. Aku seperti gak
melihat Irma yang aku kenal.
Tapi semoga
kamu baik-baik aja, karena jujur aku sangat tidak baik-baik saja setiap ingat
memori-memori ini. Aku berharap kamu selalu sehat dan bisa menghadapi dunia
yang makin ke sini makin gila dan menyakitkan. Dan kalo kamu baca ini, aku
berharap kamu baca, aku masih nunggu chatmu. Paling tidak kita sama-sama butuh
penjelasan. Paling tidak kita perlu mengubah memori-memori yang buruk jadi
memori yang baik meski kita bukan siapa-siapa lagi.
Semoga
tuhan selalu menyertai kamu. Aku selalu berdoa untuk itu. Aaamiin.
Semarang, 19 Oktober 2020
#PeopleSeries adalah pengantar untuk novel kelimaku. Rilis setiap senin. Bercerita tentang orang-orang yang memang pengen aku ceritain. Bisa siapa aja.
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Wednesday, October 14, 2020
Seorang Pria yang Melupakan Nama-Nama Eps. 1
Oke. Sebelum kita memulai cerita ini, kita
akan mengenal tokoh utama dengan sebutan “Seorang Pria,” atau sesekali dengan
sebutan “Pria itu,” karena nama tidaklah penting. Biarkan ia tetap menjadi
anonim. Ia selalu melupakan nama-nama, untuk itu ia tidak ingin kita mengetahui
bahkan mengingat namanya. Percaya atau tidak, ia bukan seperti pria yang banyak
kamu kenal. Nasibnya lebih mirip nasib seorang perempuan malang. Dan kisah ini,
akan memberitahumu bahwa ada bagian dari hidup yang ternyata juga tidak adil
bagi seorang pria. Simpan segala pikiran dan imajinasi yang ada di kepalamu
tentang pria ini. Jangan buru-buru menebak, tidak akan asik. Menebak hanya akan
membuatmu memanipulasi cerita, dari yang ada dan sedang kamu baca menjadi
cerita yang hanya ingin kamu nikmati.
Oke. Sore itu pria yang tidak ingin
disebut namanya ini, sedang mengeringkan keringat setelah ia lari di gelanggang olahraga yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Ia mengaku sering ke sana
untuk olahraga setiap pulang kantor, rutin mulai hari senin sampai kamis. Tidak
ada yang menarik dari sore itu. Hanya sore-sore biasa yang penuh muka-muka
kelelahan berkeliaran di jalanan. Orang-orang menggeber kendaraannya seperti
seorang yang sedang marah. Mengendarai roda empat atau roda dua seperti seorang
pembalap di arena.
Pria itu melihat pesan di ponselnya, ia
mematikan semua notifikasi seluruh aplikasi di dalamnya, sehingga ia harus
membuka aplikasi itu untuk mengetahui notifikasi yang masuk. Ia mendapati
seorang perempuan mengirimkan pesan padanya. Sebelum kita melanjutkannya,
cerita ini juga tidak akan menyebut nama-nama perempuan. Pria itu benar-benar tidak
ingin mengingatnya, baginya melupakan adalah bagian paling bebas dari yang bisa
dilakukan seorang manusia. Anyway. Kita bisa menyebut perempuan itu sebagai “perempuan
a,” mewakili perempuan pertama yang ingin ia ceritakan. Kamu boleh menyebutnya
perempuan anjing, asu, astaga, terserah yang penting berawalan dengan huruf a.
Tapi sebut saja ia “perempuan a.”
“Besok sibuk gak,” kira-kira seperti itu
pesan yang ia baca. Ia tidak langsung menjawabnya. Ia masih perlu mengganti
baju dan celananya yang kuyup oleh keringat. Ia membiarkan dua centang biru itu
mengintimidasi perempuan a. Hal yang tidak biasa ia lakukan. Pria itu selalu
menjawab pesan dengan cepat, itu yang membuatnya disukai, kadang ada juga yang
menyebutnya membosankan, karena tidak membiarkan orang menunggu pesannya
dibalas. Pria itu tidak suka membuat orang lain menunggu. Tapi untuk si
perempuan a ini, ia harus melakukannya. Ada cerita yang kekecewaannya belum
juga kering.
Percayalah, pria itu juga terintimidasi
karena berusaha menahan balasan pesan itu. Ia tidak sadar, ia mengganti pakaiannya lebih cepat, lalu meraih ponselnya dan membalas pesan itu. “Enggak,
kenapa?” Setelahnya pria itu justru masuk perangkapnya sendiri. Ia menatap
layar ponsel itu sampai perempuan a membalas lima menit kemudian. Matanya awas,
tidak melihat ke manapun selain layar ponsel yang baru saja diganti pelapisnya.
“Aku mau ketemu, mau cerita,” pria itu
tersenyum membaca pesan balasan itu. Percaya atau tidak, ia adalah pendengar
yang baik. Perempuan a bukanlah satu-satunya yang merengek pada dirinya untuk
didengarkan ceritanya. Nanti kamu akan tahu. Untuk saat ini mari kita kembali
pada perempuan a. Selayaknya perempuan lainnya. Perempuan a sedang menghadapi
hari yang berat, dan tidak ada dari salah satu temannya yang ia percayai untuk
mendengar ceritanya. Konsep pertemanan yang aneh. Perempuan a justru mencari
pria itu.
“Boleh, mau di mana?” pria itu membalas.
“Nah itu aku gak tahu.”
Pria itu lalu merekomendasikan satu
tempat dan perempuan a setuju dengan satu pesan tambahan yang memuji pria itu. “Enak
kalo mau ketemu sama kamu, gak bilang terserah-terserah kayak yang lain. Gak
ribet. Langsung tahu tempat.”
“Besok siang ya jam satu,” pria itu
menambahi.
“Oke nanti aku kabari lagi.”
Lalu pria itu pulang. Di antara azan
maghrib yang berkumandang dari toa-toa yang corongnya bebas mengudara di
langit-langit. Ia tidak memikirkan banyak hal. Hanya tentang menu apa yang akan
ia makan setelah ia sampai di rumah. Pria itu sudah tahu, hari-harinya akan
berlalu seperti biasanya. Rutinitas yang lain, rasa lelah yang lain. Dan
kesialan-kesialan yang lain. Ia tidak banyak berharap apalagi menaruh
ekspektasi.
Ponselnya akan dipenuhi para perempuan
yang merengek minta ceritanya didengar. Lalu pergi setelah merasa baik-baik
saja, pria itu sudah biasa dilupakan. dibuang, padahal jadi aktor penting yang
meredakan banyak air mata. Menyembuhkan banyak luka. Ia melemparkan tasnya di
kursi ruang keluarga, memasukkan pakaian olahraganya ke dalam mesin cuci. Mengambil
ponselnya, menyalakan wifi, tidak lupa mengisi dayanya. Lalu ia mengambil nasi
panas. Pria itu membiarkan nasi panas itu kurang lebih lima menit. Ia tidak
terlalu suka dengan nasi panas. Lauk sisa pagi tadi ia makan dengan lahap. Ia
tidak pernah mempedulikan harus makan apa, karena baginya rasa dari sebuah
makanan hanya sebatas rongga mulut. Setelah itu semua akan menjadi tai juga.
Sudah kubilang, tidak ada yang menarik
setelah kita pulang ke rumah. Hanya ada obrolan-obrolan kecil dan film-film
atau video youtube yang biasa kita tonton. Pria itu memilih melanjutkan episode
Friends musim kelima. Series itu tidak pernah membuatnya kecewa, karena series
itu tidak berjenis kelamin perempuan. Menurutnya Friends tidak berjenis
kelamin.
Ia menghabiskan waktu satu jam untuk
menonton kebodohan Joey Tribiani dan sarkastiknya Chandler Bing, juga naturalnnya Phoebe Buffay. Pria itu masuk ke kamarnya, melanjutkan rutinitas
malam seperti biasanya. Saat ponselnya ramai dengan para perempuan yang
menceritakan hubungan spesialnya, ia selalu senang mendengarkan. Meski dalam
hati ia ketawa dan bertanya-tanya, kenapa dalam hubungan romantis perempuan
selalu bego dan laki-laki selalu jahat. Perempuan bego, karena tidak menyadari
bahwa hubungannya berakhir sebagai hubungan formalitas belaka, karena para
perempuan takut sendiri dan kesepian atau para perempuan hanya menyukai konsep
dicintai tanpa peduli siapa yang mencintainya. Sebuah kenyataan bodoh yang
menimpa para perempuan bego.
Para pria seringkali jahat, karena
menganggap perempuannya hanya sekadar objek. Tidak memandangnya sebagai
manusia. Bagi pria itu, seharusnya para laki-laki paham apakah hubungan itu
berjalan dengan baik dan jujur atau sekadar ingin memuaskan kelaminnya. Perayalah,
para laki-laki rentan dengan seksualitasnya, mereka tidak berani dengan teguh
dan terang-terangan menunjukkan pandangannya soal konsep seksualitas seperti
tokoh Barney dalam series How I Met Your Mother. Itu yang membuat para
perempuan akhirnya kaget, melihat lelakinya ternyata sebajingan itu. Karena
kerentanan itu sembunyi di ruang sempit yang kosong, menunggu korbannya.
Para perempuan rentan dengan konsep
laki-laki. Mereka hanya bisa menjadi penurut. Tidak mampu berdiri sendiri,
berpikir sendiri, mengambil keputusan sendiri. Sehingga mereka menyukai konsep
pria menuntun perempuan yang sangat aneh dan bodoh. Tiap hari pria itu menerima
cerita yang pada dasarnya sama; Jika ia lajang, seorang akan cerita bahwa ia
mencintai orang lain, namun orang lain itu tidak balik mencintainya. Padahal
ada orang lain yang jatuh cinta padanya, tapi ia tidak balik mencintai. Dan
saat ia sadar bahwa ia tidak bisa memiliki seseorang yang ia cintai, ia akan
mengejar seseorang yang mencintai dia. Dan ternyata orang itu sudah tidak lagi
jatuh cinta dengannya. Masalahnya sebetulnya sama saja, hanya cara bercerita
orang beda-beda.
Atau mereka yang terikat dalam hubungan romantis; Masalahnya kemungkinan hanya dua, bosan atau mencium perselingkuhan. Dan dari
dua masalah itu ada tiga jenis manusia; yang benar-benar tahu, tidak sadar,
atau yang pura-pura tidak tahu hanya untuk menolak dan menyangkal realita yang
sedang ia hadapi. Dan pria itu sudah tahu apa yang akan perempuan a ceritakan
besok. Bahkan sejak perempuan a pertama kali mengirimkan pesan padanya.
“Jadi, kan hari ini?” pria itu
mengirimkan pesan keesokan harinya, setelah ia menunggu perempuan a yang
berjanji mengabari. Pria itu sudah duduk di sebuah coffeeshop tampat janji
bertemu, ia membuka laptop membiarkan Microsoft word kosong. Ia menikmati
segelas cokelat panas dan cake savory yang terkenal dari coffeeshop itu.
Setengah jam kemudian perempuan itu
membalas, ia tidak bisa datang. Katanya ada urusan mendadak. Tapi lalu pria itu
melihat story Instagram perempuan a yang berada di sebuat tempat wisata bersama
teman-temannya. Amarah membuncah. Tidak hanya sekali ini, ia meluangkan waktu
untuk seorang perempuan yang secara terang-terangan menghubunginya lebih dulu
untuk bertemu. Seharusnya ia tidak kaget, namun rasanya tetap menyakitkan. Bahkan
perempuan itu tidak benar-benar meminta maaf, karena setelah kejadian itu
perempuan a terus menjadi perempuan menyebalkan bagi pria itu. Bahkan perempuan
a sama sekali tidak tahu bahwa pria itu sudah berada di coffeeshop itu.
Dan benar. Pria itu sudah berusaha
melupakan memori sialan itu. Tapi memori itu selalu datang setiap kali perempuan
a yang tidak pernah merasa bersalah mengirimkan pesan padanya lagi hanya untuk
sekadar menanyai kabar. Tapi percayalah, perempuan a selalu meninggalkan rasa
sakit pada tubuh pria itu tiap kali ia berkirim pesan. Mulai dari hal sederhana
seperti tidak membalas pesan pria itu lagi padahal perempuan a yang pertama
kali membuka obrolan. Sampai secara terang-terangan mengeluarkan kata-kata yang
tidak menyenangkan.
Pria itu bahkan menulis cerita tentang
perempuan a di coffeeshop itu saat perempuan a yang dengan seenaknya membatalkan
janji tanpa mengabarinya. Ia sempat berpikir mungkin perempuan a tidak akan
pernah mengabarinya kalo pria itu tidak mengirimkan pesan lebih dulu. Dan
baginya itu kemungkinan terburuk. Dan jika benar, itu adalah perilaku bejat
yang seharusnya tidak dimaafkan. Namun Pria itu menganggap mungkin memang
perempuan a punya watak dan sifat yang suka seenaknya sama orang lain. Yang
jelas tidak akan berubah karena perempuan a hampir selalu melakukannya pada
pria itu.
Dan ternyata orang semacam itu bukan
hanya perempuan a, ada banyak perempuan serupa yang hidup di dunia pria itu. Dan
sialnya ia harus merasakan perlakuan dan sifat yang sama. Pria itu hampir mati
gila, mengapa harus ada orang-orang seperti itu yang seharusnya sudah mati
dibakar dan dimutilasi, alias tidak pantas hidup karena tidak mampu menghargai
waktu orang lain. Mungkin juga tidak akan sanggup menghargai segala bentuk
kehidupan di dunia.
Percayalah, pria itu selalu bersikap
baik. Meski memori-memori menyakitkan itu selalu datang. Dan ia berhak marah,
berhak meluap. Karena tidak pernah ada yang mau dan mampu mendengarkannya. Padahal
ia sudah lama menjadi pendengar yang baik. Ternyata menjadi pendengar yang baik
memang pekerjaan susah, dan orang-orang bodoh tidak mungkin bisa melakukannya. Orang-orang
bodoh bagi pria itu hanya bisa menyakiti orang lain, apalagi menyakiti tanpa
merasa menyakiti, tanpa merasa bersalah, tanpa merasa perlu minta maaf.
Pria itu selalu mengingat perlakuan
buruk yang pernah ia terima. Supaya ia bisa belajar untuk tidak melakukannya
pada orang lain. Sebagai gantinya, ia tidak peduli pada orang-orang yang
melakukannya, ia melupakan nama-nama orang itu. Tidak akan menawarkan bantuan
apapun. Tapi ia tetap akan membantu jika orang-orang sialan itu masih jadi
orang-orang menyebalkan yang tak tahu diri. Yaa, hidup memang membutuhkan
orang-orang seperti itu, supaya kita bisa membedakan mana manusia, mana setan.
Pria itu sering menghadapi orang-orang problematik,
dan ia tidak sombong. Ia akan membagikan cerita itu, supaya kita tahu bagaimana
menghadapi orang-orang semacam itu. Terlebih supaya kita sadar mereka masih eksis. Dan
masih sangat menjengkelkan. Untuk itu ia menitipkan ceritanya untuk ditulis.
Sebagai anonim. Sebagai yang selalu disakiti.
Semarang, 15 Oktober 2020
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Sunday, October 11, 2020
Salma.
Gemini
Anjing!!!!!
Udah lama
gak nulis yang kata pembukanya anjing bangsat! Gemini Bangsat! Gak usah
ketawa-ketawa, Sal. Emang bangsat malah ketawa lu. Sinting Apa gimana. Oke aku
gak tahu kamu bakal baca apa enggak tapi seperti biasa I don’t care! Tapi kamu
harus baca sih, waktu yang pas buat ngata-ngatain nih. Anjing, anjing. Bangsat!
Males aku
nanya apa kabar, karena jawabannya pasti sama aja kalo nanya kabar ke seorang
Gemini. “Lagi banyak gebetan,” atau “Lagi selingkuh,” atau “Lagi jatuh cinta.”
Preet tai kucing. Masih inget pertanyaan satu juta dollar waktu itu “Menurutmu
aku punya pacar gak?” Ya menurut looooooo! Emang aku bakal jawab enggak? Gak
mungkin lah, gak sebodoh itu saya. Kamu kan Cuma mau ngasih tahu kalo punya
pacar tap sok mainin psikologis. Tai anjing lah. Main-main kayak gitu kok sama
aku. Gak mempan lah. Tapi emang tai anjing, tiba-tiba nanya itu.
Dan begonya
aku, masih lanjut padahal ngerti anda itu sudah punya pacar, meskipun anda itu
yang terhormat Gemini sedang bosan-bosannya dan mau putus tapi gak mau bilang
duluan kan. Emang Gemini berak kucing. Sayangnya pacarmu kan Gemini juga tuh.
Perang dingin sana. Gak kelar-kelar. Bisa-bisanya berakhir gitu aja, kagak ada
yang merasa menyesal apa gimana ya. Gemini emang tahan banting sampe ke tulang.
Dengerin
nih ya, pokoknya semua omonganmu ke aku itu tai kucing, mbelek singa lah.
Bisa-bisanya lima menit yang lalu manisnya kebangetan terus berubah jadi orang
paling bangsat. Lo lahir di mana sih, makan apa gitu, bisa-bisanya gak ada
otak, gak ada hati seenaknya. Begonya lagi aku mau-mau aja kalo diajakin. Gak
bego ding, ada alesan lain yang entar aku ceritain. Tapi elo emang taik lah. Kayaknya
kalo semua gemini kayak lo tingkahnya gue gak mau berhubungan lagi sama Gemini.
Inget gak.
Ah anjir mau diceritain tapi males, untungnya waktu kita ketemu aku lagi nulis
di mana badai sembunyi. Dan mungkin memang udah jalannya, buku itu tentang
perselingkuhan, dan aku dikasih pengalaman terlibat jadi orang ketiga. Gak, aku
gak halu. Aku punya syarat kenapa aku terang-terangan bilang selingkuh. Karena
ada afeksi intim yang terjadi, gak perlu aku ceritain. Tapi anjing lah. Gak
bisa bohong kalo kita sama-sama Happy. Ngangguk gak lo. Awas aja gak
setuju. Dasar Gemini tai kucing.
Tapi aku
terima kasih lah, untung kamu tuh Gemini, kalo enggak, gak bakal berlanjut itu
setelah putus. Dan untung aku tau diri. Gak kepancing masuk perangkap. Kan lucu
kalo tiba-tiba waktu itu aku nembak dan pacaran. Anjir masa aku gak mikir
lawong kita sedeket itu karena terjadi perselingkuhan yang taik banget antara
gemini betina dengan gemini jantan. Ternyata dua-duanya sama aja. Sama-sama
kampret.
Tapi kan
aku tetep dengerin kalo kamu cerita, apalagi soal cowok, meskipun percuma juga
dengerin gemini cerita, gak ada gunanya. Lo akan tetep melakukan yang udah lo
perhitungin sendiri baik buruknya. Jadi ya aku gak perlu segitunya kan. Dengerin
aja sambil tutup mata. Kalo yang sekarang menuntun kamu ke jalan yang lebih
baik (asek) ya syukur. Meskipun menurutku ada hal-hal khusus dari manusia yang
gak akan berubah. Di kasusmu, keahlianmu untuk flirting. Menurutku gak akan
hilang. Kalo aku salah buktiin. Gak usah banyak bacot. Oke?
Jujur nih,
waktu nonton Hindia, itu terakhir kali aku berharap kira-kira elu itu bisa
diandelin apa enggak. Ternyata kan pada akhirnya elu jadiin gue sisaan doang. Karena
yang lain kagak ada yang mau, dan gue selalu ada. Akhirnya mau gak mau kan. Nah
gue kan gak sebego itu, aku tau tabiatmu. Perangkap Gemini ngerti beneran aku. Diem-diem
menghanyutkan. Aku tuh tahu hubungan ini gak akan sampe ke mana mana sejak kamu
tanya “kira-kira aku punya pacar gak?” Gue tahu persis. Itu kenapa waktu lo
kayak nunggu gue nembak gue gak pernah ngelakuin.
Tai
kucingnya emang, biasanya orang yang aku jauhin yaudah bakal berhenti ngerjar,
tapi emang dasarnya gemini ini telek kuda tetep aja dikejar. Dengan alesan “menjalin
pertemanan yang positif.” Alah tai kucing lah. Tapi pada akhirnya kan aku
berhasil. Lo udah nemuin yang (semoga) itu orangnya, meski menurutku enggak.
Hahahaha. Ya gila aja lo. Instan begitu. Paling enggak lo harus kena karmanya.
Bukan doain, tapi gue yakin. Tuhan kan gak sebego itu, lolosin hambanya dari
kesalahan sesuatu tanpa ngasih karma atau cobaan. (Ye gakk tuh) lu kan “re li
gi us” tuh pasti ngerti kan.
Kagak, aku
gak jahat. Tetep mendoakan yang terbaik. Tapi kan hidup itu adil dan harus
adil. Ya meskipun lu tuh kampret tapi aku kan tetep harus bilang terima kasih
karena sudah menemaniku bahkan sampai Jogja nemenin. Enggak tahu lo lagi mabuk
apa enggak. Aku juga gak tahu waktu itu kenapa. Tapi sejujurnya aku pernah
sempat memikirkan bagaimana rumah tangga bersama seorang Gemini yang merusak
cancer dari dalam dan dari luar. Ah anjing. Pikirku kayaknya gak mungkin, lo Cuma
jadiin gue selingan aja, gue Cuma jadi refleksi dirimu harus gimana. Makanya
banyakin temen yang kayak gue. Biar otaklu tuh encer. Isinya kagak cowo mulu.
Hahaha. Canda canda. Selaw ae, lemesin.
Tapi gemini
tuh aktor yang tahu tempat dan momen. Tahu kapan dan di mana harus jadi
menyebalkan, menggemaskan, dan jadi gateli. Sumpah emang kwe ki gateli. Sampe puyeng
aku ki. Tapi yawes paling tidak aku berlatih menjadi sabar dan I don’t care
dari betina Gemini yang pertama kali DM dm an di twitter, pertama kali ketemu
di Marugame Udon, pertama kali melakaukan di mobil. HAHAHA. Mau aku ceritain
nih semua pertama kalinya? Kagak ah. Privasi itu penting kan.
Santai,
sal. Semoga segala yang kamu panjatkan dalam doa-doamu (halah halah) jijik aku
hahaha. Bisa terkabul dengan mudah. Aamiin. Tetep temen kita, kagak usah
canggung-canggung amat. Udah gedhe lo, bentar lagi nikah kan katanyeee. Masa
masih drama-drama tai kucing. Ohiya! Sendalku ke manaaaaa. Hahahaha. Lo belum
ketemuin aku sama the one and only yang sampe KAMU SAMPERIN KE MALANG. Edyan!
Hahahaha. Itu nekat apa bego. Terus lo pasti bakal bilang “Cinta o.” Halah tai
kucing tiba-tiba percaya cinta aja lo. Haha.
Tapi gue
kangen sih. Ke mane aja lu, semua sosmed kagak nongol di mana-mana. Pas sama
aku aja kagak pernah diekspos, padahal gue ekspos lu. Kan ngasih tanda kalo gue
tuh apaan sih, Cuma remah-remah wafer yang dibuang. Iya kan. Hahaha. Tiket bioskop disobek, biar dikira
sendirian. Haha kan anjing. Tapi aku udah terbiasa lah, jadi selingan pas
orang-orang bosen, didatengin buat jadi sisa. Sedih amat yak. Hahaha tapi yaudah,
manusia masih manusia. Jalani aja. (Aseek).
Wes ah.
Males dowo-dowo, gak kesenengan kwe. Semoga sehat dan bahagia selalu sal. Jangan
sungkan yak. Feel free to ask, or to bring me. Anjay. Baru inget kalo Jokowi
itu Gemini. Ya persislah, satu tipe. Hahaha. Yaudah. Gitu aja, Sal. Salam buat
yang katanya bakal selamanya dan terakhir itu ya. (Preet) Semoga. Aamiin. Hahahahahahaha. HAHA!
Semarang, 12 Oktober 2020
#PeopleSeries adalah pengantar untuk novel kelimaku. Rilis setiap senin. Bercerita tentang orang-orang yang memang pengen aku ceritain. Bisa siapa aja.
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Sunday, October 4, 2020
Tania.
Tan. Hehe
Gimana ya,
tau gak sih kata orang musisi baru bisa disebut musisi kalo udah bisa sampe
album ketiga. Apa ya, kayak karya ketiga itu bisa dibilang “The Godfathernya.”
Ya contoh di buku ketigaku aku ngerasa ini bentuk ku sebenarnya. Ya meskipun
kalo ditanya novel mana yang paling bikin puas, jelas novel keempat, di mana
badai sembunyi. Aku berusaha untuk tidak lebay karena aku tahu kamu jijik sama
hal-hal yang lebay dan berlebihan, tapi People Series dibikin untuk
menagkomodir ego lebay ku, atau ego bucinku. Yaaa jadi gimana, ya bingung.
Nulis tentang kamu, memikirkan hal-hal tentang kamu, memori-memori dulu rasanya
masih canggung. Dan aku sengaja menulis ini di episode ketiga. Ya sejujurnya,
kamu Godfathernya.
Bisa
dibilang aku gak bener-bener siap nulisnya, canggung banget gilak. I don’t know
apa yang terjadi di antara kita waktu itu, kupikir udah bener-bener selesai,
tapi tiba-tiba waktu itu kamu ke kantorku, meskipun rame-rame. Sejujurnya itu
bangsat sih, spot on anjing gitu. Kaget, seneng dan aneh. Kesalahan kita
mungkin, kita sama-sama gak memberi ruang untuk membicarakan hal yang terjadi
waktu itu. Kita gak memberikan ruang setelah sekian lama memikirkan memori itu.
Kalo dibilang apakah aku merasa bersalah, jelas. Banget. I can’t control my
feeling, energy yang kamu kasih besar banget. Aku kaget, gak terbiasa
mengendalikan energy dari perasaan-perasaan semacam itu. Imbasnya? Aku
terobsesi. Obsesi memiliki, obsesi bahwa setiap fokus dalam harimu ya harus
tentang aku.
Ingatanku
masih segar, basah. Kamu lagi makan, dan aku menuntut untuk kamu merespon
sesuai keinginanku, aku masih inget kamu bales pesan itu dengan reaksi yang gak
menyenangkan dan kamu gak suka. Kataku, “fuck.” Anjing lah. Anak kecil ku kalo
lagi senewen bikin dunia jadi berasa di neraka, waktu itu mungkin aku belum
terlalu bisa mengendalikan sosok anak kecil dalam diri. Aku maunya sosok itu
muncul pas aku lagi bikin sesuatu, bukan pas aku lagi jatuh cinta. Fuck banget
lah pokoknya. Aku gak ngerti lagi, kehilangan kamu itu kehilangan paling
kjavuvifsavfasivgfiuauivfiuvfasvfu di hidupku. Padahal cerita kita cerita
paling singkat dibanding yang pernah aku lalui.
Aku gak
ngerti lagi. Ada orang sedingin kamu, satu yang aku inget adalah. Tatapanmu. Aku
masih selalu inget, kalo lagi pengen mengenang tinggal menutup mata, mikirin
kamu, yang muncul tatapanmu waktu pertama kali kita ketemu. Canggung gilak.
Hampir gak bisa apa-apa. Jaket bapakmu yang kamu pake waktu itu, malem-malem
dingin habis hujan. Katamu itu caramu untuk mengingat dan mengenang. Aku tahu
dan denger cerita itu aja ngerasa kayak, gimana ya, haru aja gitu. Atau memang
akunya yang gampang baper. Sensitif.
Gak banyak
yang mau aku sampein, Tan. Ingatan-ingatannya masih basah. Kalo di dua episode sebelumnya
aku merasa ya biasa aja waktu nulis. Aku gak merasa biasa-biasa aja waktu nulis
ini, ya kamu tahu lah, aku orangnya gembeng, lemah, wtf banget lah pokoknya.
Mungkin kamu akan bilang menjengkelkan. I know it. Tapi menangis adalah satu
cara dari mekanisme kopingku. I don’t know kamu gimana, tapi aku paham betul
ada kekuatan dari dalam dirimu yang bikin kamu terlihat baik-baik aja. Kuat.
Tegas. Tapi aku tahu kadang kamu pura-pura menjadi dingin karena kamu menyukai
hal-hal yang sifatnya kejutan. Kamu gak bisa kalo ekspektasimu gak terpenuhi
sesuai keinginanmu. Motherfucker untuk hal-hal yang detail.
Tapi, Tan.
Gak tau, mau bilang apalagi. Intinya makasi udah pernah ada. Jadi inspirasi
untuk di mana badai sembunyi. Novel itu adalah bayanganku ketika kita berdua
adalah sepasang suami istri. In romantic relationsip. Aku orang yang gak mau
balik lagi sama cerita lama, tapi kamu jadi pengecualian. Banget. Aku berani
bilang dan mengajukan statement ini. Dan memang seperti itu. Ya meskipun aku
gak pernah tahu sekarang gimana kamu, dan perkembanganmu. I don’t fucking know,
ya karena mungkin itu yang kamu mau. I respect that.
Ohiya, di
mana badai sembunyi itu soal gimana aku melihat cerita-cerita perselingkuhan.
Tapi dari kacamata seorang suami yang istrinya selingkuh, dan ternyata anaknya
bukan buah hatinya. Tapi buah hati istrinya bersama selingkuhan—yang di ending selingkuhannya hilang entah ke mana. Dan si suami melihat itu sebagai sikap ikhlas,
memaafkan segalanya. Itu ending yang paling menguras emosi dari yang pernah aku
tulis. Si suami memeluk anak laki-laki itu, dan menangis dalam pelukan—lalu melihat
kenyataan bahwa istrinya mengalami realita yang tidak menyenangkan. Aku
melupakan semuanya. Dan mungkin itu memang cara terbaik. Tapi kalo di usia
tuamu tidak ada satu pun lelaki yang mungkin akan bersanding, dan aku masih
juga tidak memiliki siapa-siapa. Aku selalu memikirkan kamu, sebagai pilihan
terakhir. Dan aku ingin itu menjadi sisa yang kamu ingat nanti. I don’t know.
Itu semacam perumpamaan orang-orang Colombia.
Tan, rasa
seneng, sedih, menyesal, kecewa, marah itu sebenernya natural aja. Itu semacam
roda yang berputar. Tanpa rasa sedih kita gak akan paham nilai dari perasaan
senang. Marah dan kecewa bikin kita sadar untuk gak melakukan ke orang lain
karena rasanya sangat menyakitkan. Dan dari kamu aku menyadari betul penyesalan
itu sesakit dan sejahat apa. Ada banyak hal yang tidak perlu dibicarakan, itu
yang aku pelajari dari dinginnya tatapanmu. Aku berusaha untuk hubungan itu
berjalan dengan baik dan worth it. But, memang jalannya lain. Mau gimana lagi.
I still
remember how you kiss me. Obrolan kita sore dan malam itu, atau saat kamu
tertidur di dalam bus dan terlewat dari tempat seharusnya kamu turun. Aku suka
obrolan menggemaskan yang waktu itu tercipta. Aku ingat kata-kata apa yang
muncul dari bibirmu, aku ingat tangamu melingkar di tubuh kurusku. Atau saat
aku pulang kerja dan memutuskan untuk menemuimu, dalam perjalanan aku selalu
menyusun apa yang harus kuceritakan. Aku mengingat momen-momen itu sebagai
caraku belajar menyadari bahawa kamu, Tan. Mungkin adalah hal terbaik yang
pernah ada di dalam cerita hidupku.
Kamu
mengerti aku utuh, kamu melihatku dari sudut yang tidak dilihat orang lain. Aku
ingat saat pertama kali kamu mengomentari kucing-kucingku yang manis dan lucu. Aku
ingat, kedewasaanmu saat merespon dan bereaksi pada banyak hal. Aku ingat setiap
pelukan hangatmu. Aku ingat ketidak-tahuanku akan sesuatu yang kamu dengan
mudah memahami dan mengerti itu. Aku selalu meningat kamu, Tan. Maaf untuk
segala sikap dan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan. Mengajakmu menonton
Flying Solo Tour waktu itu adalah usaha terakhirku. Ternyata kamu sudah
benar-benar melupakan apa yang sempat terjadi di antara kita. Yasudah. Memang
seharusnya begitu.
Kamu
membentukku, untuk memproses rasa sakit itu menjadi satu novel yang pada akhirnya
kuberi judul di mana badai sembunyi adalah era paling berat dibanding novelku
yang lain. Aku harus bilang, aku menerjemahkanmu sebagai badai—badai dalam
hidupku. Mungkin hanya sebentar tapi efek kehancurannya besar dan pemulihannya lama. Perlu kubilang. Aku belum sepenuhnya pulih. Aku masih bisa merasakan
kehebatan badai itu. Entah. Ini baru dua tahun, mungkin akan lebih banyak waktu
yang kubutuhkan, selain memang aku tidak ingin benar-benar melupakanmu.
Tan, jangan
pernah lagi berharap pada laki-laki seperti aku. Hanya akan ada rasa sakit dan
kesal. Rasanya aku ingin membunuh zahid paningrome dua tahun lalu. Ia
destruktif, merusak segalnya, menghancurkan yang baik-baik saja. Aku menyebut namamu di persembahan skripsiku,
menghadiahi ulang tahunmu tahun lalu dengan novel itu. Kupikir kamu akan
mengerti dan tertarik. Tapi ya tampaknya aku gak perlu kaget. Tiga novel
sebelumnya tidak pernah dibaca oleh orang yang memang kutulis di sana. Mungkin
itu kesamaannya. Seharusnya aku merasa baik-baik saja dengan kenyataan itu.
Aku pernah
bilang, aku tidak pernah dewasa dalam urusan cinta. Aku tidak tahu bagaimana
mempertahankan romantic relationship. Aku belajar supaya orang tidak terlalu
terikat padaku, aku belajar supaya orang tidak benar-benar merasa kehilangan
ketika aku benar-benar hilang. Karena memang seperti itu keinginanku.
Aku selalu
gagal untuk mencintai orang yang lebih dulu mencintaiku. Apalagi aku juga
selalu gagal untuk membuat orang yang sebelumnya tidak jatuh cinta menjadi
cinta. Lalu kupikir lagi. Memang apa yang aku bisa? Aku menemukan
jawabannya di novel kelimaku, Tan.
Aku paling
bisa menghancurkan diri sendiri.
Iya,
lama-lama kita tahu. Yang salah tetap aku. Terima kasih untuk semuanya, Tan.
Pokoknya aku selalu berdoa untuk segala hal yang membuatmu bahagia dan menjadi
dirimu sendiri, sesuatu yang membuatmu lebih bersinar.
I have
story and writing is always such a lonely process. Semoga kamu mengerti, dan
menyadari untuk orang bodoh sepertiku; memaklumi dan memaafkan adalah jalan
satu-satunya yang bisa dipilih. Entah kamu peduli, entah kamu baca. Tapi ini
tentang semuanya.
Terima
kasih, Tan. Hehe
Semarang, 5 Oktober 2020
#PeopleSeries adalah pengantar untuk novel kelimaku. Rilis
setiap senin. Bercerita tentang orang-orang yang memang pengen aku
ceritain. Bisa siapa aja.
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.