Aku lagi gak enak badan, setelah
bangun dan menyadari bahwa realita ideal yang kuinginkan ternyata baru
sebatas mimpi pengantar tidur. Lalu satu
menit kala mengumpulkan nyawa rasanya aku ingin melakukan perjalanan waktu, dan
melihat realita apa yang terjadi di hidupku dalam lima tahun ke depan. Paling
tidak aku memahami apa yang sudah kulakukan sehingga menjadi efek domino atas
apa yang terbentuk di masa depan. Sekalipun buruk, penerimaan adalah
satu-satunya jalan dari pilihan berisiko yang dijalani.
Ah, tampaknya kita suka membicarakan
hal-hal baik padahal kita tidak benar-benar melakukan itu, kita sering
membagikan sesuatu yang tampaknya sering kita lakukan padahal tidak, sebetulnya kita sangat menginginkan itu ada di hidup kita. Kita memproyeksikan segala sesuatu yang
baik tanpa pernah benar-benar menjalaninya.
Kita jatuh cinta, kita tertarik, kita
menyukai seseorang atau sesuatu yang dilakukan tanpa berkata pada diri sendiri,
apakah ini benar-benar perasaan yang muncul atau sekadar rasa penasaran yang
kadang mengganggu. Kita terlanjur mengucapkannya lantas kita tersadar bahwa
ternyata benar, itu hanya rasa penasaran karena kegabutan kita yang tidak
pernah diisi apa-apa. Kita terlanjur, dan kita tidak sama sekali merasa
bersalah. Malah kita merasa tenang-tenang saja, sama sekali tidak sensitif.
Jangan pernah menunda pertemuan,
untuk alasan apapun. Karena ketika kamu benar-benar tertarik pada seseorang,
kamu akan memberikan waktu dan tenagamu untuk orang itu. Menunda pertemuan
hanya akan menghilangkan perasaan-perasaan yang terbentuk dan akhirnya luruh
tak membekas. Mungkin bagimu itu hal biasa, mungkin bagimu tak ada pengaruhnya.
Lalu coba kamu pikirkan baik-baik bagaimana dengan perasaan orang tersebut.
Kau janjikan pertemuan, namun kau
gagalkan tanpa ampun. Kau memintanya untuk memberikan waktu sekadar untuk mendengar kamu bercerita, lalu kau saat itu juga tidak ada kabar, atau tidak
serius menanggapi balasannya, padahal kamu yang meminta. Bagaimana jika orang
itu masih terus menunggu dan kamu malah asik dengan yang lainnya. Dan bagaimana
jika orang itu merasakannya berjuta-juta kali, dan kamu hanya orang ke sejuta
kalinya yang memperlakukan dirinya seperti sampah.
Tidakkah kamu berpikir mungkin orang
itu akan merasa dirinya tidak pantas untuk siapa-siapa, lalu bagaimana jika ia
terus berjuang dari pikiran bodoh untuk mengakhiri hidup, tapi kehadiranmu
justru menguatkan niatnya itu? Apakah kamu masih ingin keras kepala, arogan,
dan egois. Bahwa jika kamu tidak bisa mengharagai waktu orang lain, barangkali
kamu juga tidak bisa mengharagai segala bentuk kehidupan di dunia.
Apakah kamu tidak malu pada seorang
yang masih bersikap baik padamu, padahal kamu tidak sekali dua kali
mengecewakannya? Membuatnya sedih? Atau sampai mebuatnya marah. Dan lebih
parahnya lagi kau seenaknya, tidak tahu terima kasih, tidak sempat minta maaf.
Atau jika pun kamu memaafkan, kamu akan mengulanginya lagi dan lagi, seolah
permintaan maaf itu hanya angin lewat dengan debu-debu kotor yang beterbangan.
Tidakkah kamu malu jika orang itu masih
berbuat baik, tanpa merasa dendam. Ia pemaaf dan kamu masih seenaknya, merasa
semua orang berlaku jahat dan tidak adil padamu. Padahal kamu juga begitu. Jangan
menunda pertemuan untuk meminta maaf, jangan menunda pertemuan untuk jatuh
cinta, jangan menunda pertemuan untuk saling memuji, jangan menunda pertemuan
untuk berteman. Pertemuan adalah satu-satunya jalan untuk mengenal, untuk mengasihi,
untuk saling mencintai. Jika dengan saling bertatapan saja kamu enggan, jangan
terus-terusan meminta tolong, datang saat butuh, dan jadi bajingan saat merasa
aman.
Jangan sampai penyesalan paling buruk
harus kamu rasakan, kehilangan adalah sifat yang paling sulit diterima jiwa
manusia. Saat kita bicara tentang kehilangan, kamu baru akan merasakan betapa
jahatnya kamu, bukan hanya pada diri sendiri tapi juga orang lain. Menunda
pertemuan hanya akan mendatangkan penyesalan. Apalagi jika kamu hanya
memberikan janji iya, namun sama sekali tidak berniat menemuinya, berjumpa,
bertemu. Jaga sikapmu, jaga mulutmu. Karena itu adalah cerminan dari siapa
temanmu, siapa keluargamu, bahkan siapa jodohmu.
Jangan sampai dengan sifat seenakmu
itu, kamu menghilangkan orang-orang baik dari dunia, dari kehidupanmu, dari
lingkunganmu. Karena mendapatkan perlakuan baik dari orang lain adalah sebuah privilege,
membalasanya dengan perlakuan baik juga bagian dari privilege, karena tidak
semua orang mampu. Kebanyakan dari kita berkekspektasi untuk mendapat balasan
dari kebaikan yang kita lakukan.
Tidakkah kamu mampu untuk sekadar
berbuat baik? Bahwa dengan perbuatan baik itu, kamu merasa tenang dan nyaman
untuk menjalani hari-hari yang mungkin buruk. Tidakkah perbuatan baik adalah
hal paling mudah yang mungkin bisa kita lakukan. Kenapa kita tidak bisa sekadar
berbuat baik, kenapa orang lain tampaknya mudah melakukannya tapi kita tidak. Atau
jangan-jangan kita terlalu berharap dan berekspektasi untuk mendapatkan
perlakuan baik tanpa memberikan itu pada orang lain. Kita masih egois, arogan, dan
keras kepala. Tanpa menyadari bahwa mungkin kita merasakan itu semua, ya karena
kita sendiri
Jangan pernah menunda pertemuan,
karena sebelum itu dilakukan kita tidak pernah tahu bagaimana perasaan orang
lain atau bahkan bagaimana perasaan kita sendiri. Jangan pernah menunda
pertemuan tanpa belajar bagaimana merespon reaksi orang lain. Bahwa jawaban
dari segala yang kamu inginkan tidak selalu tentang iya dan persetujuan yang
lain. Penolakan dan kata tidak juga bentuk jawaban dan respon dari reaksi orang
lain. Dan kamu harus terbiasa akan hal itu. Jangan arogan, jangan egois, jangan
keras kepala untuk hanya ingin mendengar kata iya.
Penolakan hanyalah bagian dari hidup
yang tiap hari berkeliaran di sekitar kita, pahami itu, biasakan diri. Jangan
seenaknya, hidup bukan milikmu seorang. Kamu cuma numpang, ikuti aturan mainnya,
jangan pakai aturan main sendiri dan memaksa yang lainnya untuk ikut aturan
mainmu.
Pertemuan adalah privilege, makin
banyak kamu memahami segala perspektif, makin baik juga kamu merespon segala
reaksi, bahkan yang belum pernah kamu lalui. Jangan pernah menunda pertemuan,
jangan pernah gengsi, tapi tetap bawa dirimu, jaga dirimu. Jangan terlena,
percayakan segala sesuatunya pada insting-insting baik. Bahwa jika dengan niat
baik segala yang baik pasti akan mengikuti. Jangan pernah menunda pertemuan.
Lebih baik tidak dipikirkan tapi kamu melakukannya, daripada tidak melakukannya
tapi kamu tidak henti-hentinya memikirkan.
Semarang, 19 Agustus 2020
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar