“Maaf,
boleh saya tahu nomor kamar Mr. Chris.”
“Maaf,
ada perlu apa anda dengan Mr. Chris” tanya seorang receptionist hotel.
“Maaf,
tapi Mr. Chris tidak berpesan bahwa akan ada tamu yang datang mengunjungi
beliau.”
“Maaf,
saya tidak bisa memberitahu nomor kamar pelanggan di hotel ini, itu bagian dari
prosedur yang ada sini” seorang receptionist menjawab dengan sopan.
“Tolonglah,
mbak.”
“Maaf
saya tidak bisa, ini prosedur. Kalau anda memang ingin bertemu, telepon saja
Mr. Chris.”
Aku
lupa ini hotel terbaik yang ada di kota ini, peraturan hotel pasti sangat
ketat. Tidak memperbolehkan tamu asing berkunjung tanpa janji dari pelanggan
hotel. Reputasi hotel ini memang sangat bagus di kota ini, melarang praktik
prostitusi di lingkungan hotel.
Aku
mencoba menghubungi Chris, tiga kali dia menghiraukan panggilan teleponku, ini
pasti karena tadi dia melihatku dengan
pria lain di kafé seberang jalan. Nafasku berburu mencoba terus menghubunginya
lagi. Aku mencoba mengirimkan pesan.
Chris
ayolah turun.
Kamu
harus dengar penjelasanku.
Aku
menunggu Chris di lobby hotel. satu jam berlalu, Chris masih belum membalas
pesanku. Aku cemas. Aku takut dia marah.
Chris,
aku tahu kamu marah
Tapi
aku harus ketemu kamu,
Akan
aku jelaskan semuanya
Tiga
jam menunggu di Lobby, Chris masih belum membalas pesanku. Aku tidak boleh kehilangan Chris, dia sangat
berarti bagiku, dia berbeda dengan pria yang lain. Kejadian di kafé tadi bukan
seperti yang dipikirkan Chris, Aku tidak mungkin mengkhianati pria seperti
Chris, yang mampu membuatku menjadi diri sendiri. Pria di kafe itu hanya kawan
lama yang kebetulan melihatku duduk di kafe itu sendirian ketika aku menunggu
Chris. Dia langsung duduk di depanku dan menanyakan kabar, basa-basi yang
biasanya dilakukan oleh kawan lama yang sudah lama tidak bertemu dan akhirnya
bertemu di tempat yang terduga, tanpa disengaja. Sungguh tidak seperti biasanya
Chris secemburu ini.
Chris,
aku masih di Lobby menunggumu
Tolong
balas pesanku, aku minta maaf
Empat jam bukan waktu yang sebentar
Baru
kali ini Chris mengajakku pergi makan malam di kafe seberang jalan, katanya ada
sesuatu yang ingin di berikan padaku. Aku sangat antusias mendengar ajakan
Chris. Aku sangat suka ketika Chris memberikan kejutan padaku. Sama seperti
ketika dia mengajakku pergi berlibur ke Hawaii. Saat itu adalah momen indah
yang pernah aku alami dengan Chris, pertama kali aku mendapatkan ciuman dari
seorang pria. Di salah satu hotel bintang lima di Hawaii, dia menciumku sangat
manis, pelan dan tidak tergesa-gesa. Berlatar pantai Hawaii dengan ombak laut
yang tinggi. Dia mengalungkan tanganya di pinggangku, aku membalas mengalungkan
tanganku di lehernya. Dia menatapku dengan tatapan terindah yang pernah ku
lihat, lalu menciumku lagi, dia tidak tergesa-gesa menciumku, membiarkanku
meraskan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan.
Aku
di kamar 191, lantai 4
Naiklah,
Chris
membalas pesanku, buru-buru aku menuju lantai empat menggunakan lift. Hanya aku
yang berada di lift saat itu. Wajar, waktu sudah hampir pukul satu pagi. Aku
langsung mencari nomor kamar Chris setelah sampai di lantai empat. Nafasku terasa
hampir habis, jantungku hampir copot. Langkah kakiku terasa dingin lalu
terhenti tepat di depan pintu kamar hotelnya. Aku merapikan bajuku, merapikan
rambut, menyiapkan senyuman untuk Chris.
“Tok, tok…” beberapa
detik aku menunggu. Engsel pintu mulai bergerak, jantungku berdebar lagi. Aku
menyiapkan senyuman yang paling manis untuk Chris. Ketika pintu terbuka, aku
melihat Chris mengenakan kaos putih dan celana pendek.
“Boleh
aku masuk, Chris?” Chris
hanya tersenyum, aku masuk. Lalu Chris menutup pintu kamarnya.
“Mau
minum apa, sayang?” tanya Chris.
“Hmm,
Wine?”
“Oke.”
Chris
bergegas menuju bar di sudut kamar, menyiapkan dua gelas wine. Aku duduk di
ujung ranjang kamar Chris. Mataku menatap Chris yang menuju ke arahku, membawa
dua gelas berisi wine.
“Ini”
Chris memberikan wine untukku.
Aku
tersenyum menatap Chris meminum wine. Aku meminumnya setelah Chris.
“Aku
minta maaf, Chris.”
“Sudah,
jangan dibahas lagi, sayang.”
“Aku
nggak bermaksud.”
“Aku tidak
ingin membahas hal itu. Aku hanya ingin berdua denganmu.”
Chris
mendekatiku, mencium keningku. Aku masih duduk di ranjang kamarnya. Dia semakin
mendekatiku hingga wajahku menyentuh perutnya yang six pack. Aku menciumi
perutnya, membuat bulu-bulu di perut Chris berdiri, menegang. Chris meminum
wine sembari merasakan aku menciumi perutnya, gelas berisi wine yang ada di
tanganku kubiarkan jatuh, kedua tanganku memegang pinggang Chris, masih
menciumi perut Chris. Mataku melirik ke arah Chris yang menikmati sentuhanku sambil
menghabiskan wine. Chris membiarkan gelas yang sudah kosong jatuh ke lantai.
“Terus
sayang, aku menikmati” Kata Chris dengan suara mendesah.
Aku
hanya diam, lalu membuka celana pendeknya, kuturunkan sampai ke pergelangan
kaki. Lalu Chris mengangkat kedua kakinya untuk melepaskan celana pendeknya. Sebentar
aku memandangi penis Chris yang ada di depanku, Chris memajukan bokongnya ke
wajahku, aku menatap Chris yang masih berdiri, tersenyum nakal lalu memegang penisnya
yang mulai menegang. Chris memberikannya untukku.
“Malam
ini milik kita berdua sayang.”
Aku
tidak menjawab ucapan Chris, penis Chris sudah masuk di mulutku. Aku menikmati
situasi ini, dengan bokong Chris yang maju mundur. Chris mendesah. Aku juga.
Aku
selalu bahagia bersamanya, Chris sama denganku punya dada yang bidang, perut
six pack dan kepala yang botak.
“Gantian
aku, sayang.” Kata Chris, menuntunku berdiri.
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar