(Episode 1)
Pria itu masih membantu ibunya menanam dan memanen sayur untuk kebutuhan para Anei. Anei, sebutan para penguasa kota yang berkuasa atas semua yang ada di Kota Nanoi. Nanoi, kota dengan lahan paling luas dari kota yang lainnya. Kota dengan kekayaan alam yang paling berlimpah dan indah. Penduduk di kota Nanoi tidak semuanya hidup bahagia. Mereka terbagi menjadi dua kubu. Kubu pendukung kebijakan para Anei dan penentang kebijakan para Anei.
Pria itu masih membantu ibunya menanam dan memanen sayur untuk kebutuhan para Anei. Anei, sebutan para penguasa kota yang berkuasa atas semua yang ada di Kota Nanoi. Nanoi, kota dengan lahan paling luas dari kota yang lainnya. Kota dengan kekayaan alam yang paling berlimpah dan indah. Penduduk di kota Nanoi tidak semuanya hidup bahagia. Mereka terbagi menjadi dua kubu. Kubu pendukung kebijakan para Anei dan penentang kebijakan para Anei.
Penduduk
desa yang tidak menuruti apa kata Anei menjadi pekerja rendahan, seperti
penyapu jalan, pembersih sampah, petani sayur ataupun buah. Berbeda jauh dengan
para pendukung anei, mereka diperkejakan sebagai pegawai pajak, dan pemantau
pekerja rendahan. Kebijakan anei membuat beberapa dari penduduk Nanoi berang.
Hukum yang berlaku tidak adil membuat kaum miskin semakin tertindas. Pajak
penghasilan untuk para kaum miskin tidak manusiawi, mereka diwajibkan membayar
20% untuk pajak penghasilan dari upah yang mereka terima setiap bekerja. Kaum
kaya hanya 5% dari upah. Sedangkan kubu penentang anei banyak berasal dari kaum
miskin. Pekerjaan diatur oleh anei, upah diberikan oleh anei, dan pajak
dipunggut sendiri oleh anei.
Para
anei hanya tunduk pada perintah Natalie, Wali Kota Nanoi. Perempuan yang
dipilih para anei untuk menggantikan Witson walikota sebelumnya yang tewas saat
berpidato di hari jadi Kota Nanoi ke 856. Para anei mengatakan bahwa kematian Witson
murni karena umurnya yang sudah tua.
“Arthur,
ayo pulang. Kita sudah selesai disini.”
“Iya,bu
tunggu sebentar. Arthur akan
mengembalikan wadah ini ke penjaga pos”
Arthur
berlari ke arah pos penjaga, mengembalikan tempat bibit tanaman.
“Cepat
Arthur, jangan terlalu lama hari sudah mulai gelap” teriak ibu Arthur
“Ayo
bu, mari kita pulang” Arthur membawakan hasil panen sayur yang diberikan ibunya
untuk dibawa ke para Anei.
“Kita
membawa cukup banyak sayur, Arthur. Kita bisa berharap para anei memberikan
upah yang lebih banyak dari hasil panen kita kemarin”.
“Berharap
dari para anei? Mereka itu licik, bu. Mereka mungkin memberi upah banyak tapi
mereka juga memungut pajak yang tinggi dari upah yang kita dapat, bu.”
“Setidaknya
kita masih bisa mendapatkan uang untuk kehidupan kita, Arthur. Para anei itu
baik."
“Ibu,
masih saja menganggap para anei seperti itu, kenapa ibu justru dijadikan
sebagai petani sayur? Padahal jelas-jelas ibu pendukung para anei licik itu? Harusnya
ibu mempertanyakan hal itu” jawab Arthur
dengan nada yang kesal.
“Sudahlah,
Arthur. Jangan membahas hal itu lagi, kita tidak boleh berprasangka buruk, kamu
harus menjadi bijaksana itu tujuan ayahmu memberi nama Witson dibelakang
namamu.”
“Maaf
bu” jawab Arthur.
Jarak
ladang sayur dengan tempat penyimpanan sayur sangat jauh. Arthur dan ibunya
masih berjalan kaki sambil menunggu kendaraan lewat yang bisa mereka tumpangi
gratis.
Bagus mas, itu masih ada lanjutannya ato endak?
ReplyDeleteiya, masih akan berlanjut.. tunggu episode selanjutnya sabtu depan
Deleteiya, masih akan berlanjut.. tunggu episode selanjutnya sabtu depan
Delete