Sebenarnya
saya juga sedikit bertanya pada diri saya sendiri. “apakah saya harus
memberitahu kegelisahan yang ada di dalam otak saya dalam bentuk tulisan?”.
Ternyata jawaban yang saya dapatkan adalah “Harus!”, bukan maksud mengajari
atau menggurui. Saya hanya bermaksud berbagi ilmu, teori ataupun pengetahuan
yang saya milikki yang sedang jadi kegelisahan saya.
Pertama
: saya sedikit risih dengan “mereka” yang di kesehariannya hanya memikirkan
masalah “cinta” baik itu pria/wanita. Bagi saya “mereka” yang hanya memikirkan
cinta masa remaja adalah sungguh sangat merugi. Bukannya saya “tidak suka”
dengan hal itu. Karena bagi saya “pasti” ada hal yang lebih PENTING ketimbang
memikirkan masalah tersebut. Apalagi mereka yang saya temui selalu bilang
“Pacaran itu untuk nikmatin masa muda”, jujur saya bingung dengan kalimat itu,
padahal “mereka” sadar bahwa “mereka” pacaran pada akhirnya juga akan putus,
dengan sejuta janji yang mereka ingkari satu per satu. Masalah itu adalah
masalah yang membuat generasi bangsa menjadi lebay dan tidak peduli dengan
lingkungannya. Dampaknya kita bisa melihat generasi muda kita sekarang,
meskipun “tidak semuanya”, mereka lebih asyik dengan kesenangannya sendiri,
suka mencemooh, hanya suka menuntut tanpa memberi solusi. Bagi “mereka” kesenanganlah
yang nomor 1. Menurut saya Dogma itulah yang harus diubah, kaum muda adalah
kaum yang paling “bisa” mengikuti perkembangan zaman, juga yang paling “bisa”
terjerumus dengan perkembangan zaman. Sangat disayangkan akar masalahnya
ternyata itu. Kaum muda adalah garda terdepan majunya negara ini, majunya
peradaban manusia.
Contoh
: Raja Fatih yang menaklukan Constatinopel, dengan usianya yang masih sangat
muda, dia sudah mempunyai idelisme yang bisa saya akui itu hebat, sebagai anak
muda yang mementingkan kaumnya bukan dirinya. Nabi Muhammad SAW, sejak muda dia
sudah mempunyai prinsip untuk berjuang di jalan Allah SWT, saya tidak bisa
mengungkiri kesabaran dan keberaniannya menghadapi musuh-musuh yang menghina
Islam atau bahkan menjatuhkannya. Soekarno bapak proklamator kita, seseorang
yang bisa memikat hati rakyatnya dengan sangat mudah, bahkan dia sudah mulai
berpidato pada usis 29 tahun. Mungkin akan ada yang mempertanyakan “itu tidak
Adil Itu kan jaman dahulu” saya bukan mempermasalahkan kurun waktunya, tapi
saya mencotohkan semangat perjuangannya dan keberanian tokoh-tokoh tersebut.
Menurut saya Sopan santun “mereka” sekarang sudah agak tidak terlihat dan tidak
bisa dibanggakan, meskipun tidak semua. Sekarang saya sangat mudah untuk
melihat karakter seorang apakah dia mempunya sopan santun / tidak. Sombong /
tidak. Kalau dengan cara saya “ajak saja seseorang untuk bermain PS (PES 2013),
kalahkan dirimu biarkan dia menang. Maka kamu bisa melihat karakter orang
tersebut”. Cara ini sudah saya gunakan berulang-ulang (untuk teman saya yang
laki-laki) dan berhasil, bahkan sangat berhasil.
Solusinya
menurut saya, masing-masing dari kita harus BISA mendewasakan diri dan
mencerdaskan diri kita. Karena menurut saya: “Kaum yang paling baik adalah Kaum
yang mampu mendewasakan diri” dan “Kaum yang beruntung adalah kaum-kaum yang
cerdas”
Sekali
lagi saya tidak bermaksud untuk mengajari/ menggurui. Ini kegelisahan saya,
karena selaku salah satu pemuda, saya sudah jarang sekali melihat teman-teman
lain yang mempunyai idelisme/ pemikiran yang bisa di sumbangakan ke banyak
orang, sebenanrnya bisa tapi “mereka” tidak peduli. SO, ayo bangkit jangan
hanya urusi diri sendiri cobalah berterimakasihlah pada siapapun atau apapun
yang membuat kita ada disini, kita menjadi manusia yang benar-benar pantas
menurut negara, keluarga dan Agama. Mulai, ucapkanlah Terimakasih pada orangtua
kita, guru-guru kita, teman-teman kita yang rela repot-repot mengajarkan,
membimbing, menasehati dan membuat kita tidak seperti kita yang dahulu. Membuat
kita menjadi lebih baik lagi. Saya mengucapkan “terima kasih” untuk siapapun
yang telah melakukan itu semua untuk saya. Intinya, Kita bisa belajar dari
siapapun jangan malu untuk mengakui kehebatan orang lain, jangan sungkan
membenarkan apa yang salah. Ambilah “RESIKO” cerdas untuk menjadikan itu semua
“Kenyataan”. Terima kasih.
mba Niken paling suka tulisanmu yang ini mi :)
ReplyDeleteNice bung
ReplyDelete