Bagaimana
jika Satu Hari Nanti pasanganmu merasa bahwa kamu adalah alasan dari semua
ketidaknyamanan yang ada di hidupnya. Bagaimana jika Satu Hari Nanti kamu
menikmati perselingkuhanmu dengan orang lain. Bagaimana jika Satu Hari Nanti
kamu menyadari ada yang lebih penting dari sekadar hubungan dengan kekasihmu.
Dan bagaimana jika Satu Hari Nanti itu adalah hari ini?
Satu
Hari Nanti adalah bentuk pergulatan tentang cinta, mimpi, dan pikiran liar
manusia. Ketiganya ada menjadi nyawa sekaligus pengantar yang baik sepanjang
cerita digulirkan, film ini tidak bernafsu mencoba menawarkan keindahan Swiss
dan itu sesuatu yang sangat baik. Film ini fokus pada kompleksitas empat
karakter utamanya. Keindahan Swiss hanya menjadi transisi antar gambar saja.
Salman
Aristo mungkin berusaha memberitahu kita tentang bagaimana kehidupan orang
Indonesia di luar negeri yang pada akhirnya “terkontaminasi” dengan budaya yang
ada di sana. Swiss dipakai sebagai latar cerita bukan semata karena keindahan
di sana, tapi karena cocok dan sangat mungkin terjadi cerita yang semacam itu.
Beda cerita ketika latar yang dipakai adalah Indonesia, mungkin penonton akan
merasa aneh.
Ini
film tentang kerentanan manusia menghadapi dan memahami apa itu cinta. Dari
semua tipe wanita mereka yang patah hati adalah orang-orang paling berbahaya,
karena dari sana perselingkuhan bisa terjadi. Bahkan film ini bisa dibilang
berhasil menciptakan narasi; bahwa perselingkuhan adalah sesuatu yang sakral,
setidaknya bagi saya.
Label
21+ bagi saya adalah sesuatu yang berlebihan, adegan-adegan yang membawa film
ini ke rating itu sesungguhnya hanya menjadi penegasan bahwa hal semacam itu
adalah sesuatu yang PASTI terjadi di suatu hubungan atau sebuah perselingkuhan.
Memangnya apa yang dicari seseorang ketika mereka selingkuh? Mungkin alasannya
karena bosan atau mencari pelampiasan, agaknya kita setuju umur hanya sekadar
angka.
Ini tipe film yang bisa dibilang jelek banget, bisa
dibilang buagus banget. Bisa dibilang sangat membosankan, juga bisa dibilang
sangat romantis. Bergantung penonton lebih memilih mana; nafsu, pikiran, atau
rasa. Tiga hal itu tidak bisa digunakan bersamaan.
Dan aku sarankan. Pilih rasamu. Film Satu Hari
Nanti akan membuatmu menjadi makhluk paling beruntung karena memiliki kekasih
yang seutuhnya mencintaimu. Apapun itu. Karena Setiap orang akan sepenuhnya RENTAN saat ia
sudah mengenal apa itu perselingkuhan. Apa itu cinta. Hanya dengan rasa saling
menyayangi kerentanan itu akan hilang.
Meski ada detail penyutradaraan yang
luput, saya suka cara Salman Aristo menunjukkan pergulatan dan kerentanan
keempat tokoh utama dalam menghadapi realita di hidupnya. Sangat kentara bahwa
Film Satu Hari Nanti adalah film yang disutradarai oleh seseorang yang memang
sebelumnya tidak terbiasa ada di ranah itu. Tapi terlepas dari semuanya, Salman
Aristo mampu menggambarkan kerentanan, kegetiran, dan pergulatan yang begitu
kompleksnya di Satu Hari Nanti.
Satu Hari Nanti adalah salah satu Film
Indonesia favoritku yang rilis tahun 2017. Film ini memilih penontonnya dengan
label 21+, artinya butuh kedewasaan untuk menontonnya, butuh keterbukaan antara
pikiran dan perasaan. Sungguh Satu Hari Nanti lebih dari sekadar romantis.
Dia
menghadirkan sekaligus mengajari pelaku industri film yang sering salah mengartikan
apa itu romantisme. Satu Hari Nanti tidak sekadar memberikan kata-kata romantis,
tapi dia mempertunjukkan dengan sangat baik apa itu romantisme. Satu Hari Nanti
adalah pertunjukkan romantisme yang subtil!
#BanggaFilmIndonesia
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar