Saya
terkesima dengan Film “Assalamualaikum Beijing” garapan sutradara Guntur
Soeharjanto, banyak ilmu tentang perkembangan islam di China yang saya dapatkan
dari film tersebut. Tapi dibalik semua itu saya akan mencoba me-review film
pertama yang saya tonton di bulan januari 2015 ini. Pertama dari
tokoh-tokohnya, saya justru tertarik dengan tokoh Sekar yang di perankan oleh
Laudia Chintya Bella, kenapa?. Karena sekar menambah kesan menarik dari film
ini karena perannya yang lucu, kocak & banyol. Sebelumnya saya belum pernah
melihat akting Laudia yang seperti ini, jujur saya kaget dengan aktingnya yang
seperti itu. Kalaupun ada festival film dengan kategori pemeran pembantu
terbaik untuk sementara ini saya menjagokan “Sekar” tokoh yang sangat suka film
korea dan punya hati yang tulus.
Saya
juga tertarik dengan peran “Zhong Wen”
yang diperankan Morgan Oey, saya lebih
terkesima lagi dengan aktingnya yang tenang dan polos menghadapi perempuan,
saya merinding ketika dia mengucapkan “Ashima” apalagi ketika berada di rumah
sakit dia mengucapkan masalah cinta sempurna”Bahwa tidak perlu fisik sempurna
untuk memiliki cinta sempurna”.Saya hampir tidak mengenali bahwa itu memang
Morgan. Sampai-sampai penonton dibelakang saya bertanya pada anaknya “Itu yang
laki-laki siapa sih namanya”, saya hanya terawa dalam hati karena mungkin saja
kalo saya tidak tau morgan saya juga akan mempertanyakan hal itu. Tapi selepas
dari itu semua, sampai sekarang saya masih bertanya-tanya kenapa seorang
penduduk china yang diperankan oleh Morgan bisa lancar mengucapkan bahasa
Indonesia tanpa aksen china? Beda dengan pemandu wisata “Asma” sebelum zhong
wen, dia bisa bahasa Indonesia tapi dengan aksen China yang kenal.Apalagi Zhong
Wen bilang dia hanya bisa sedikit “Bahasa Indonesia” menurut saya Zhong Wen justru hanya sedikit
mengerti bahasa china. Tapi dialog favorit saya dari Zhong Wen adalah ketika
dia bilang “Saya percaya akan adanya tuhan, tapi ragu dengan Agamanya”
Saya
juga berterimakasih dengan “Alim Sudio” selaku penulis bahwa dia memasukan
beberapa sejarah yang ada di China. Seperti bahwa “Islam masuk ke china dari
abad ke 7, melalui jalur suter yang legendaries”, masjid tua yang dibangun pada
tahun 996 masehi juga dengan bagus di explor. Pengetahuan tentang the bahwa the
menjaga keseimbangan tubuh dan symbol permintaan maaf ketika kamu memberikannya
kepada orang lain. Meskipun Konflik batin yang disajikan menurut saya sudah
biasa, tapi saya merasakan kegalauan yang hebat jika saya menjadi, asma dan
Zhong wen ataupun Dewa yang diperankan oleh Ibnu Jamil. Cerita yang mungkin
disengaja agar mirip dengan Legenda Ashima dari Yunan yang setia dengan “Ahei”
menambah kuat dari sisi penceritaan. Bisa saya simpulkan bahwa Ashima itu
“Asma” dan “Ahei” itu “Zhong Wen”
Teknik
kamera memutari tokoh di film ini saya sangat suka, didukung dengan wajah kota
Beijing yang mempesona. Sinematografi yang juga sangat indah. Tapi ada juga
subtitle yang mungki terlambat/double
pada adegan Asma bertemu Zhong When di bus. Iklan produk yang diselipkan awalnya
mengganggu saya, tapi karena tidak berlebihan saya justru menikmatinya.
Saya
bisa mendapatkan pesan dari film ini mengenai kesetian tanpa memandang fisik
seperti yang dikatakan Zhong Wen bahwa”tidak perlu fisik sempurna untuku
mendapatkan cinta sempurna” karena juga seperti apa yang dikatakan Asma bahwa
“Cinta itu menjaga, terges-gesa itu nafsu belaka”.
sangat menarik maszahid ;)
ReplyDeleteterimakasih :)
Delete