Sunday, February 21, 2016
Ran Fleuriste #2 Episode 9
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Sunday, February 14, 2016
Ran Fleuriste #2 Episode 8
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Sunday, February 7, 2016
Ran Fleuriste #2 Episode 7
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Friday, February 5, 2016
Ran Fleuriste #2 Episode 6
Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
Wednesday, February 3, 2016
[REVIEW] Surat Dari Praha - Renungan Dalam Sebait Nada.
Surat
dari Praha, renungan dalam sebait nada. Film dengan durasi 93 menit ini,
berhasil menghantui saya di setiap tidur. Nada dari film ini tak henti-hentinya
mengalun indah di dalam otak. Saya menemukan keindahan dari film ini, bukan
hanya dalam bentuk visual. Tapi, juga keindahan yang benar-benar bisa dirasakan
oleh hati. Keindahan yang sederhana, keindahan yang diciptakan oleh dua tokoh
utama Kemala Dahayu Larasati – Teratai yang cantik (Julie Estelle) dan Mayadi
Jayasri (Tio Pakusadewo). Chemistry keduanya bagai ombak di lautan yang menyatu
dan tak terlepaskan. Meskipun bagi saya akting mereka berdua lebih kearah tekstual
dibanding nature, tapi tak jadi soal. Dalam bentuk akting tekstual pun mereka
berdua tetap bermain apik. Saya benar-benar dimanjakan oleh tontonan yang
berkelas.
Angga
Sasongko memang sutradara muda yang berbakat, membuat film dengan kesederhanaan
yang benar-benar merasuk ke hati. Sejak Hari untuk Amanda, Cahaya Dari Timur:
Beta Maluku dan Filosofi Kopi, jika kita mengamati tiga film tersebut dan
membandingkannya dengan Surat dari Praha, ada beberapa kesamaan yang membekas
dan menunjukan bahwa itu adalah ciri khas dari Sang Sutradara: Angga Dwimas
Sasongko. Seperti: Pergerakan kamera yang statis—mengikuti tangan DOP dan
justru ada beberapa scene di film-film Angga, dimana kamera tidak mengikuti
pergerakan aktor. Juga stock shoot yang memperlihatkan jendela-jendela. Saya pun
sempat bertanya pada diri saya, apakah Angga Sasongko mencintai jendela? Atau paling
tidak suka dengan jendela?
Mendirect
hewan seperti Anjing dalam film juga bukan perkara yang mudah. Surat dari Praha
melakukannya dengan amat baik. Bagong benar-benar jadi bagian diri Jaya yang
merasa kesepian dan penyendiri. Saya suka raut wajah Bagong di ending film,
kesedihan sangat tampak di wajah Bagong, seperti kelelahan ketika mengikuti
Laras pergi lalu melapor pada Sang Majikan, sekilas saya melihat Bagong
benar-benar menangis. Bravo, Bagong! Hal ini juga menjadi kelebihan tersendiri
untuk Surat dari Praha dibandingkan film-film lain.Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.
